Apakah kamu merasa senja di Jumat kemarin terasa lebih teduh dari biasanya? Aku tidak pernah menyukai cuaca di hari Jumat karena terik mentari yang begitu menyengat. Namun untuk pertama kalinya, aku melihat cahaya matahari yang lebih redup dari Jumat lainnya.
Aku tidak tahu mengapa matahari meredup hingga akhirnya di kala senja aku mendapat berita bahwa engkau telah tiada. Aku tenang saja karena aku tak percaya dan aku menganggap itu hanya bercanda untuk mengundang tawa.
Sampai akhirnya aku mengetahui bahwa berita itu fakta.
Aku tidak bisa berkata-kata. Kaget, panik, dan masih diselimuti rasa tak percaya. Kamu biasanya sehat-sehat saja, ceria, suka bercanda dan membuat orang lain tertawa. Setiap hari kamu berjalan kaki mengejar ilmu dengan penuh semangat. Mereka bilang kamu ambis, namun perkataan mereka tidak kamu gubris. Kamu malah menjadi sesosok manusia ceria yang suka berbagi ilmu bersama. Tak jarang kamu menjadi panutan dan inspirasi untuk kami semua. Sikapmu yang rajin tapi santai, tidak semua orang bisa memilikinya. Rasa ingin tahumu yang besar membuat kamu tahu setiap hal hingga bagian paling detilnya.
Rasanya baru kemarin, Em, kita latihan drama bersama sambil meng-stalk orang dengan laptopmu. Rasanya baru kemarin kita bicara tentang SBMPTN yang pernah aku ulang 1x dan kamu ulang 2x. Rasanya baru kemarin aku bercerita tentang kesulitanku pada pria. Rasanya baru kemarin aku membicarakan soal ujian denganmu. Rasanya baru kemarin aku menghubungimu untuk menanyakan materi yang tidak aku mengerti. Rasanya baru kemarin aku bercanda denganmu sebagai seorang teman dan berbagi pengalaman hidup bersama. Rasanya baru kemarin aku melihat wajah kagetmu ketika kita libur lama tak bertemu dan aku datang dengan segala perubahanku. Rasanya baru kemarin aku memanggilmu teriak dari jendela kamar di malam hari hingga membuatmu takut dan tak jadi pergi. Rasanya baru kemarin aku meledek dirimu ketika sudah menemukan wanita, cinta, dan bahagia bersama.
Rasanya baru kemarin...
Tenang saja, rasa optimis yang kamu miliki masih akan aku simpan untuk ku jadikan pelajaran. Banyak orang di luar sana menyerah saat sudah dua kali mencoba namun masih gagal juga. Tapi tidak dengan dirimu yang terus berusaha hingga kesempatan terakhir tanpa adanya rasa jemu.
Mungkin Tuhan sudah merindukanmu. Orang baik sepertimu pasti akan pulang dan tiba di rumah dengan selamat. Kamu pasti tertidur dengan tenang. Semua perbuatan terpuji yang telah kamu kumpulkan selama ini kepada kami dan manusia lainnya nanti akan menjadi jalan untuk melapangkan kuburmu dan melelapkan tidurmu.
Kepergianmu mengingatkan aku bahwa ternyata tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi satu detik dan jutaan detik ke depan. Lihat kan? Kamu masih bermanfaat bagi orang lain bahkan walaupun jasadmu telah tiada. Tenang saja, Tuhan telah menyiapkan tempat terbaik untuk manusia sepertimu di alam sana.
Mungkin sudah berkurang satu keluarga kami. Sepi dan sedih pasti rasanya nanti ruang kuliah tanpa kehadiranmu. Tapi aku tahu, kamu tidak pernah absen sekalipun. Kamu juga pasti masih akan menemani kami dari sana, menyaksikan perkuliahan, dan menjawab semua rasa ingin tahumu yang masih tersisa.
Terimakasih karena telah hidup sebagai inspirasi, Em. Terimakasih karena telah hidup untuk berbagi ilmu. Perjuanganmu selama ini telah terbayarkan. Mimpimu sudah menjadi kenyataan, bukan? Masuk ke fakultas impian dan menemukan cinta. Mungkin memang kebahagiaanmu diberikan Tuhan lebih lambat agar kamu bisa menikmatinya dan mensyukurinya hingga akhir hayat. Tertutup sudah usiamu, namun tidak dengan amalmu. Semua ilmu yang kau beri dengan ikhlas kelak akan menjadi penolongmu di akhirat nanti. Semua canda yang kau buat demi orang lain tertawa akan membahagiakanmu di atas sana.
Aku tahu, ragamu tak di sini lagi dan sudah menyatu dengan tanah. Ragamu nantinya akan lapuk juga ditelan Bumi. Begitupun raga kita semua. Namun, diriku tidak akan pernah lupa bahwa aku pernah mengenalmu sebagai seorang teman bercanda, guru belajar, dan sumber inspirasi untuk berjuang.
Doa dariku selalu terpanjat pada Tuhan untuk melepas kepergianmu. Tidurlah dengan tenang, di sana tetaplah kau riang. Cita-citamu untuk menjadi seorang virologis memang belum sempat terjadi, tapi percayalah, Em, selama aku mengenalmu, kamu lebih berharga dan berarti dari seorang virologis itu karena kamu sudah bisa membantu banyak orang dengan titel teman. Ilmu yang telah kau bagi luas pada manusia lainnya kelak akan terus membuka ladang amalmu di alam sana.
Tetaplah tertawa bersama kami meskipun bulu kakimu sudah tidak bisa lagi kucabuti saat aku sedang usil. Tetaplah menjadi guru kami dari atas sana, dan tetaplah menjadi bagian dari kami.
Terimakasih sudah menjadi salah satu sosok terbaik yang pernah aku kenal.
Tidurlah yang nyenyak, untuk membayar semua kerja kerasmu selama di dunia.
Salam dari dunia fana,
Temanmu,
Cludya Citra.