7.24.2016

Mari Menunggu

Semakin jauh langkah yang kita tempuh maka kita akan semakin sadar bahwa dunia ini penuh tipuan. Ya, tipuan murahan yang terlalu licik tersembunyi untuk dapat diterka secara kasat mata.

Sewaktu dulu kita percaya dengan seribu janji manis yang dilontarkan dari mulut seseorang. Perlakuan lembutnya seolah menunjukkan bahwa dia lah satu-satunya manusia yang dapat membahagiakanmu selama kakimu berpijak di muka Bumi.

Kemudian, ia pergi. Meninggalkan segala janji. Semua manis laku yang pernah ditorehkan dalam hidupmu, kini hanya bisa kamu tangisi.

Lalu seiring waktu, semua manis janji yang datang lagi tidak kamu tanggapi. Kebal sudah telingamu dengan mulut manis orang lain yang terus melontarkan semua puji.

Waktu terlus berlalu dan tiba-tiba saja ribuan janji tak dapat mengetuk hatimu lagi. Bukan itu yang kamu butuhkan untuk terus bisa hidup di dunia ini. Lalu, apakah tidak mengucap janji berarti terus akan berada di sini?

Memikirkan berapa lama seseorang akan tinggal hanya akan membuat kepala pening. Percuma saja jika kamu hanya memikirkan hal itu tanpa berusaha untuk membuatnya nyaman untuk menetap. Apakah segala keraguan bisa dijawab hanya dengan berpikir keras? Tidak.

Ragu hanya bisa terjawab oleh waktu.