7.31.2016

Te(e)manku yang Terlelap

Apakah kamu merasa senja di Jumat kemarin terasa lebih teduh dari biasanya? Aku tidak pernah menyukai cuaca di hari Jumat karena terik mentari yang begitu menyengat. Namun untuk pertama kalinya, aku melihat cahaya matahari yang lebih redup dari Jumat lainnya.

Aku tidak tahu mengapa matahari meredup hingga akhirnya di kala senja aku mendapat berita bahwa engkau telah tiada. Aku tenang saja karena aku tak percaya dan aku menganggap itu hanya bercanda untuk mengundang tawa.

Sampai akhirnya aku mengetahui bahwa berita itu fakta.


Aku tidak bisa berkata-kata. Kaget, panik, dan masih diselimuti rasa tak percaya. Kamu biasanya sehat-sehat saja, ceria, suka bercanda dan membuat orang lain tertawa. Setiap hari kamu berjalan kaki mengejar ilmu dengan penuh semangat. Mereka bilang kamu ambis, namun perkataan mereka tidak kamu gubris. Kamu malah menjadi sesosok manusia ceria yang suka berbagi ilmu bersama. Tak jarang kamu menjadi panutan dan inspirasi untuk kami semua. Sikapmu yang rajin tapi santai, tidak semua orang bisa memilikinya. Rasa ingin tahumu yang besar membuat kamu tahu setiap hal hingga bagian paling detilnya.



Rasanya baru kemarin, Em, kita latihan drama bersama sambil meng-stalk orang dengan laptopmu. Rasanya baru kemarin kita bicara tentang SBMPTN yang pernah aku ulang 1x dan kamu ulang 2x. Rasanya baru kemarin aku bercerita tentang kesulitanku pada pria. Rasanya baru kemarin aku membicarakan soal ujian denganmu. Rasanya baru kemarin aku menghubungimu untuk menanyakan materi yang tidak aku mengerti. Rasanya baru kemarin aku bercanda denganmu sebagai seorang teman dan berbagi pengalaman hidup bersama. Rasanya baru kemarin aku melihat wajah kagetmu ketika kita libur lama tak bertemu dan aku datang dengan segala perubahanku. Rasanya baru kemarin aku memanggilmu teriak dari jendela kamar di malam hari hingga membuatmu takut dan tak jadi pergi. Rasanya baru kemarin aku meledek dirimu ketika sudah menemukan wanita, cinta, dan bahagia bersama.

Rasanya baru kemarin...

Tenang saja, rasa optimis yang kamu miliki masih akan aku simpan untuk ku jadikan pelajaran. Banyak orang di luar sana menyerah saat sudah dua kali mencoba namun masih gagal juga. Tapi tidak dengan dirimu yang terus berusaha hingga kesempatan terakhir tanpa adanya rasa jemu.


Mungkin Tuhan sudah merindukanmu. Orang baik sepertimu pasti akan pulang dan tiba di rumah dengan selamat. Kamu pasti tertidur dengan tenang. Semua perbuatan terpuji yang telah kamu kumpulkan selama ini kepada kami dan manusia lainnya nanti akan menjadi jalan untuk melapangkan kuburmu dan melelapkan tidurmu.


Kepergianmu mengingatkan aku bahwa ternyata tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi satu detik dan jutaan detik ke depan. Lihat kan? Kamu masih bermanfaat bagi orang lain bahkan walaupun jasadmu telah tiada. Tenang saja, Tuhan telah menyiapkan tempat terbaik untuk manusia sepertimu di alam sana.


Mungkin sudah berkurang satu keluarga kami. Sepi dan sedih pasti rasanya nanti ruang kuliah tanpa kehadiranmu. Tapi aku tahu, kamu tidak pernah absen sekalipun. Kamu juga pasti masih akan menemani kami dari sana, menyaksikan perkuliahan, dan menjawab semua rasa ingin tahumu yang masih tersisa.


Terimakasih karena telah hidup sebagai inspirasi, Em. Terimakasih karena telah hidup untuk berbagi ilmu. Perjuanganmu selama ini telah terbayarkan. Mimpimu sudah menjadi kenyataan, bukan? Masuk ke fakultas impian dan menemukan cinta. Mungkin memang kebahagiaanmu diberikan Tuhan lebih lambat agar kamu bisa menikmatinya dan mensyukurinya hingga akhir hayat. Tertutup sudah usiamu, namun tidak dengan amalmu. Semua ilmu yang kau beri dengan ikhlas kelak akan menjadi penolongmu di akhirat nanti. Semua canda yang kau buat demi orang lain tertawa akan membahagiakanmu di atas sana.



Aku tahu, ragamu tak di sini lagi dan sudah menyatu dengan tanah. Ragamu nantinya akan lapuk juga ditelan Bumi. Begitupun raga kita semua. Namun, diriku tidak akan pernah lupa bahwa aku pernah mengenalmu sebagai seorang teman bercanda, guru belajar, dan sumber inspirasi untuk berjuang.


Doa dariku selalu terpanjat pada Tuhan untuk melepas kepergianmu. Tidurlah dengan tenang, di sana tetaplah kau riang. Cita-citamu untuk menjadi seorang virologis memang belum sempat terjadi, tapi percayalah, Em, selama aku mengenalmu, kamu lebih berharga dan berarti dari seorang virologis itu karena kamu sudah bisa membantu banyak orang dengan titel teman. Ilmu yang telah kau bagi luas pada manusia lainnya kelak akan terus membuka ladang amalmu di alam sana. 

Tetaplah tertawa bersama kami meskipun bulu kakimu sudah tidak bisa lagi kucabuti saat aku sedang usil. Tetaplah menjadi guru kami dari atas sana, dan tetaplah menjadi bagian dari kami.

Terimakasih sudah menjadi salah satu sosok terbaik yang pernah aku kenal.
Tidurlah yang nyenyak, untuk membayar semua kerja kerasmu selama di dunia.

Salam dari dunia fana,
Temanmu,
Cludya Citra.

7.24.2016

Mari Menunggu

Semakin jauh langkah yang kita tempuh maka kita akan semakin sadar bahwa dunia ini penuh tipuan. Ya, tipuan murahan yang terlalu licik tersembunyi untuk dapat diterka secara kasat mata.

Sewaktu dulu kita percaya dengan seribu janji manis yang dilontarkan dari mulut seseorang. Perlakuan lembutnya seolah menunjukkan bahwa dia lah satu-satunya manusia yang dapat membahagiakanmu selama kakimu berpijak di muka Bumi.

Kemudian, ia pergi. Meninggalkan segala janji. Semua manis laku yang pernah ditorehkan dalam hidupmu, kini hanya bisa kamu tangisi.

Lalu seiring waktu, semua manis janji yang datang lagi tidak kamu tanggapi. Kebal sudah telingamu dengan mulut manis orang lain yang terus melontarkan semua puji.

Waktu terlus berlalu dan tiba-tiba saja ribuan janji tak dapat mengetuk hatimu lagi. Bukan itu yang kamu butuhkan untuk terus bisa hidup di dunia ini. Lalu, apakah tidak mengucap janji berarti terus akan berada di sini?

Memikirkan berapa lama seseorang akan tinggal hanya akan membuat kepala pening. Percuma saja jika kamu hanya memikirkan hal itu tanpa berusaha untuk membuatnya nyaman untuk menetap. Apakah segala keraguan bisa dijawab hanya dengan berpikir keras? Tidak.

Ragu hanya bisa terjawab oleh waktu.

7.13.2016

Fakta Baru: Akal Homo Sapiens Kurang Sempurna!

Hai kamu!
Kamu yang sedang membaca ini.
Kamu Homo sapiens kan?
Pasti lah! Nggak mungkin tikus got main smartphone ama main laptop :(

Ok tadi cuma intermezzo aja sebenarnya. Biar nggak tegang-tegang amat gitu baca judulnya. Bikin tersinggung kan judulnya? :)

Homo sapiens, akalnya paling sempurna, katanya. Nyatanya, kebanyakan dari species ini malah membuat Planet Bumi semakin menjadi tidak sempurna.

Faktanya, di Planet Bumi seluas 510 juta kilometer persegi ini hidup 8,7 juta species. Apakah jumlah itu sudah perhitungan final? Sayang sekali jawabannya, belum. Perhitungan itu baru mencakup 86% species darat dan 91% species laut. Itu data yang diperoleh pada tahun 2011.

Bagaimana di tahun 2016 ini?

Belum ada data validnya, namun data terakhir di tahun 2014 menunjukkan bahwa species di muka Bumi tinggal 7,7 juta yang tersisa.

Loh?

Lucu ya dalam kurun waktu tiga tahun ada satu juta species yang punah di seluruh permukaan Bumi.

Masih nggak percaya? Oke ini gue lemparin data lain yang lebih valid didapatkan dari beberapa buku:

Menurut Bjorn, Lomborg (2001) kita kehilangan 40.000 species per tahun, dimana itu berarti kita kehilangan 109 species per harinya.

Itu berarti sudah ada 5-10 species mati sebelum kalian selesai membaca blog gue dari posting ini sampai posting yang paling awal di tahun 2009. Tanpa skip skip loh ya!


Sekarang coba kita ulas, kenapa sih bisa semudah itu species punah di muka Bumi?

Jawabannya cuma satu, yaitu seleksi alam.


Secara singkat, seleksi alam adalah kemampuan individu untuk bereproduksi dan bertahan hidup. Tentunya, kemampuan tersebut berbeda-beda pada tiap individu. Contoh kecil, kucing sekali brojol anaknya bisa sampai tujuh tapi manusia sekali brojol cuma satu paling banter dua. Ya untung untung kalo ada mukjizat sekali brojol langsung lahir empat biar ngga brojol brojol lagi.

Beruntung bagi Homo sapiens, karena peluang keberhasilan mereka menghadapi seleksi alam ini sangat tinggi. Dengan akal yang katanya sempurna dan ratusan miliar neuron (sel saraf) yang tersebar di seluruh tubuh akan memungkinkan mereka bertahan. Cuaca dingin, mereka mengambil jaket dan lama-kelamaan tubuh akan beradaptasi. Cuaca panas, mereka cenderung berpindah ke lokasi yang lebih sejuk. Perubahan iklim juga bukan masalah besar bagi mereka, malah mereka penyebabnya.

Lalu bagaimana dengan species lain yang akalnya belum cukup sempurna?

Mereka hanya bisa beradaptasi semaksimal mungkin dan jika nanti gagal, mereka akan terdaftar sebagai hewan langka hingga akhirnya dinyatakan punah.

Kemudian Homo sapiens akan kembali beraksi di antara fase langka dan punah yang dialami species tersebut. Biasanya, species yang dinyatakan langka justru menjadi species buronan nomor satu oleh Homo sapiens. Entah itu untuk diambil bagian tubuhnya saja, entah itu untuk dimakan, atau untuk koleksi hewan peliharaan.

Mungkin jika species-species langka yang tersisa memiliki akal sesempurna kita, manusia, mereka akan memilih untuk tidak terdaftar sebagai hewan langka di dunia daripada nasib species mereka dinyatakan tiada pada akhirnya.

Ada beberapa contoh, khususnya di Indonesia.


Nycticebus sp.


Bahasa Indonesianya, kukang. Dulu mereka terbagi lagi menjadi delapan species, tapi sekarang tinggal enam species. Mereka diburu untuk dijual baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri. Jika kukang ini akan menjadi hewan peliharaan, mereka terlebih dahulu dipotong giginya menggunakan tang agar tidak menggigit majikannya. Kemudian mereka akan dijual. Banyak berita meliput penyelundupan kukang ke luar negeri. Ada juga yang percaya bahwa tulang dari kukang ini bisa meningkatkan keharmonisan rumah tangga.

Hebat. Luar biasa. Awesome. Amazing. Tulang kukang bisa bikin suami istri rukun. Hebat. Salut deh sama yang percaya gini-ginian. Ngga sekalian nyari fosil dinosaurus di gurun pasir biar lebih rukun lagi ama pasangannya?


Elephanus maximus


Bahasa Indonesianya, gajah sumatera. Cukup ketik "gajah sumatera" di gambar google dan niscaya akan banyak foto-foto pengnambilan gading dari gajah sumatera yang entah untuk apa. Seperti yang sudah ditulis di atas, gajah sumatera ini merupakan hewan berstatus jomblo langka dan kita sebagai Homo sapiens bukannya melindungi gajah sumatera ini, malah semakin memburu gadingnya. Semakin sedikit jumlahnya di muka Bumi, maka akan semakin mahal gadingnya dan semakin dicarilah dia oleh para pemburu tak berhati nurani di luar sana.


Pongo sp.


Bahasa Indonesianya, orang utan. Bahasa Jawanya, wong alas :( duh maaf bgt untuk species satu ini fotonya banyak banget. Gue ngga kuat mereka lucu bgttt. Dari dulu gue pengen banget main ke penangkaran orang utan trs main sm mereka dan foto bareng mereka sebelum mereka punah :( duh maaf bgt jadi oot gue baper kalo udah sama orang utan :( jadi gini. Mereka kekerabatannya cukup dekat sama manusia. Homo sp. dan Pongo sp. masih satu famili, yaitu hominidae (inget-inget ya ini keluar loh di SBMPTN 2014. Jawabannya famili. Inget, famili!) Tingkat yang lebih rendah dari famili pada taksonomi adalah genus dan species. Lucunya, Homo sp. ini malah memperlakukan mereka seolah-olah si Pongo sp. ini memiliki rencana jahat memusnahkan umat manusia lalu menguasai dunia. Cukup googling tentang berita-berita penyiksaan dan pemburuan orang utan dan kita, species dengan akal paling sempurna, katanya, bisa membaca beberapa jenis perlakuan kasar kepada orang utan yang sudah dilakukan oleh manusia. Mulai dari memburu mereka untuk dikonsumsi, membakar mereka, menjadikan mereka hewan peliharaan, hingga yang paling parah yaitu mencabuti rambut-rambut orang utan betina lalu menjadikannya PSK.

Itu beneran, ada beritanya. Cuma ya gue heran kok masih ada aja si yang mau bayar buat mesum ama orang utan? Emang cabe-cabe di muka Bumi masih kurang? :( naha siah kudu ama orang utan astaghfirullahaladzim lailahailallah. Udah lah kalo ngebet ama ayam tetangga aja gitu :(

Ada juga berita bahwa perusahaan tertentu membayar warga sekitar untuk memburu orang utan. Mereka harus menyetor kepala buntung orang utan tersebut untuk mendapatkan upah sebesar Rp, 1.000.000,00 per kepala.

Ya emang gede sih upahnya, tapi please, apakah iya setega itu duhai manusia yang akalnya paling sempurna? :(

Pernah juga gue baca berita tentang balita orang utan yang trauma karena Ibunya dikejar warga lalu saat lari, Ibunya kesetrum hingga mati dan anaknya selamat. Sekarang kita ulas secara singkat. Kenapa orang utan bisa dikejar warga? Karena mereka kehilangan habitat alaminya. Mereka cuma mau nyari rumah baru untuk bisa tinggal dan merasa aman. Udah, itu aja. Sama halnya jika kita baca berita tentang gajah yang dateng ke pemukiman penduduk.

Itu baru tiga contoh, belum seberapa sama 109 species yang sudah punah hari ini.

Sekarang coba kita putar posisi dan kita sama-sama membayangkan bahwa diri kita orang utan tersebut. Ya cukup dibayangkan bahwa setiap harinya kita merasa terancam karena species kita menjadi species buronan nomor satu. Nggak jarang, tiba-tiba ada species lain yang memburu kita. Kirain sih mau ngajak kita main sama bercandaan, tapi ternyata mereka bawa senjata. Oh mungkin pistol air, tapi kok yang keluar peluru beneran :( kita takut. Kita harus lari lebih kencang daripada kecepatan mobil ferrari untuk bisa kabur dan selamat. Kemudian jika sudah pergi jauh kita masih harus mencari tempat tinggal baru. Belum lagi jika saat pelarian kita melihat anggota keluarga kita berhasil tertangkap. Oh, no.

Jadi, yuk. Kita sempurnakan akal kita sebagai manusia dengan menyeimbangkan akal logika dan hati nurani kita. Percuma kita menjajaki muka Bumi ini sebagai makhluk yang akalnya paling sempurna tapi malah membawa Bumi ini kepada ketidaksempurnaan.

Ingat, rantai makanan itu ada. Satu species punah maka akan merusak satu rantai makanan dan secara tidak langsung merusak species lain dalam rantai makanan tersebut.

Kita bisa kok hidup damai bersama species lainnya. Nggak perlu memburu mereka yang dinyatakan langka demi kepuasan hati semata. Mereka juga harus dinikmati keindahannya oleh anak cucu kita. Mereka juga ingin hidup bahagia, sama halnya seperti manusia.

Suatu species dinyatakan langka karena mereka harus dilindungi keberadaannya, bukan dipunahkan dari dunia.

Terakhir yang ingin gue sampaikan,
Seleksi alam memang nyata, tapi tidak adil rasanya jika manusia menggunakan akal logika mereka yang terbilang sempurna untuk menggagalkan atau memperberat species lain menjalani seleksi alam. Biarlah alam dengan caranya sendiri memilih mana yang pantas tinggal dan mana yang sudah harus pergi. Bukankah sudah cukup ketidakadilan yang species lain terima karena akal mereka tidak sesempurna akal kita untuk mempertahankan diri?

Percayalah, manusia tidak akan pernah punah karena species lain kecuali tiba-tiba ada 100.000 telor godzilla tersembunyi di muka Bumi dan akan menetas di tahun ini.

Yuk, saling mengasihi! Nggak cuma ke keluarga dan ke pacar aja, tapi juga ke makhluk hidup lainnya, termasuk kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan) :)

Kalo makhluk hidup lain aja bisa, kenapa kita nggak?

7.05.2016

Tipe Pengendara Mobil yang Nyebelin

Halo!
Capek gak sih post baper mulu? Hahahaha. Capek kan ya. Lagi ngga pengen baper nih. Udah kenyang + bosen ama baper. Lagi mau post yang santai santai gitu nih.

Sesuai judul ya. Sebagai pemakai jalan raya Jakarta-Tangerang-Bandung-Jatinangor-Cileunyi, gue mau ngepost tentang species-species nggak lebih langka daripada harimau sumatera. Mereka banyak banget di jalan. Kadang sampe bikin kepala mau pecah kalo lagi di jalan. Kenapa bisa pecah? Karena kebanyakan geleng-geleng.

Gajelas ya, iya gue tau kok.

Mumpung besok lebaran juga, biar dosa gue pas publish postingan ini diampuni langsung oleh Allah swt. Begitu juga dengan species yang tercantum di post ini. Ini juga diambil berdasarkan pengalaman gue menjadi supir pribadi di jabodetabek dan sekitarnya.

Oke kita mulai dari pengendara mobil yang minta diulek.


1. Pengendara mobil yang jarak sama mobil depannya jauh, tapi nggak mau ngasih mobil dari jalur lain nyelip di depannya


Ini paling sering di jalan tol nih. Jadi ini biasanya kejadiannya melibatkan 3 mobil. Mobil pertama adalah mobil yang kita kendarai (anggap ertiga silver di tengah), mobil kedua adalah mobil di jalur sebelah tapi lebih belakang dari kita (anggap sedan item di kanan), dan mobil ketiga adalah mobil di jalur sebelah yang sama dengan mobil 2 dan lebih depan dari mobil kita (anggep grandmax silver di kanan).
Prosesnya begini. Ketika kita mau pindah jalur ke jalur sebelah, kita pasti liat spion. Space memungkinkan untuk pindah karena mobil kedua masih jauh di belakang kita. Begitu kita nyalain sen, mobil 2 langsung nyalain dim dan kecepatannya mendadak ditambah sampe speedometernya jebol. Kita yang awalnya liat celah, jadi liat malaikat maut ketika mobil 2 nambah kecepatannya dan mepet mobil 3. Mobil 3 tetep jalan kayak biasa. Ngga, dia ga berdosa. Dosa di sini pure ditanggung mobil 2. Tapi kalo ada apa-apa, mobil kita jadi kambing conge hitam.
"Loh, ya kamu nyalip nyalip ngga liat spion!"
SECARA KITA UDAH LIAT SPION TAPI DIA YANG MENDADAK PEDAL GASNYA JEBOL :)
Gue pernah ketemu kendaraan kayak gini. Sering malah. Pas gue mau nyelip, dia nglakson kenceng banget padahal jaraknya masih 244384376527834692379km di belakang sana.
Biasanya pengendara gini Bapak-bapak yang udah berpengalaman di jalan dan berprinsip begini,
"Satu mobil nyalip saya maka saya akan terlambat 10 jam sampai di tempat tujuan!"
Tenang, nggak cuma Ibu-ibu kok yang bisa lebay dan nyebelin.


2. Pengendara mobil yang kecepatannya nggak lebih tinggi dari kecepatan mobil di jalur kiri atau tengah, tapi ambil jalur kanan


Pernah gak mobil lu ada di jalur kanan, terus di depan ada mobil yang leletttt banget lebih lelet daripada keong yang gendong kura-kura, terus dia ngga sadar diri kalo dia udah memperlambat kendaraan-kendaraan di belakangnya hingga kendaraan lain harus ambil jalur kiri dulu, terus nyalip dia dan balik ke jalur kanan demi mengefisiensikan waktu di jalan :)
Gatau deh mau ngomong apa sama pengemudi kayak gini. Hhhh. Gregetan banget ya rasanya. Masih mending kalo didim / diklakson dia sadar diri dan pindah kiri. Kalo ngga juga? Wah udah deh, nambah dosa doang!
Biasanya pengemudi yang begini, kalo ngga nenek-nenek ya Ibu-ibu. Bisa juga bapak-bapak yang tadinya ngebut tapi mendadak nyari upil yang jatoh di bawah kolong supir.
Faktanya, Ibu-ibu tetaplah wanita yang punya tingkat egois lebih tinggi daripada pria. Dengan tingkat egoisme yang sangat tinggi ini, memungkinkan mereka untuk berprinsip,
"Bodo amat. Saya tetap akan di jalur kanan. Mereka kalo mau nyalip ya ambil aja dari kiri. Itu kan urusan mereka! Bukan urusan saya!"
Mari kita istighfar sebanyak-banyaknya.


3. Pengendara mobil yang nyalip lewat kanan tapi di depan mau belok kiri, begitu juga sebaliknya




Ya, itulah yang akan terjadi ketika ada pengendara mobil yang otaknya lagi bobok dan ngebut secara fatal. APV mau nyalip truk dari kiri ketika sebentar lagi dia harus belok kanan.
Sekarang gini ya, kalo udah mau belok di depan kenapa juga harus nyalip dulu? Kenapa sih nggak sabar dulu aja nunggu mobil itu ngelewatin pertigaan atau perempatan yang akan kalian belokin? Hmm.
Akibat teringan adalah mobil yang udah disalip tadi harus ngerem mendadak.
Akibat tingkat sedang adalah ketika mobil yang udah disalip tadi rem mendadak demi beloknya mobil penyalip, dan malah ditabrak mobil belakangnya.
Akibat terberat nggak usah diketik lah ya, ada di gambar.
Pengemudi ini general. Bisa Bapak-bapak, bisa Ibu-ibu, Om-om, Tante-tante. Ya semuanya bisa. Yang jelas, cuma pengemudi yang kurang jam terbang di jalan yang akan melakukan hal seperti ini karena mereka ngga mikir dampaknya bagaimana ke kendaraan lain. Atau bisa juga pengemudi yang lagi nyari alamat palsunya Ayu Ting-ting tapi jalannya nggak pelan-pelan.


4. Pengendara mobil yang ngeklakson/ngedim mobil depannya yang jalan pelan dan berada di jalur kiri


Pernah nggak kalian lagi nyetir santai kayak di pantai dan udah ambil jalur kiri karena kalian tau diri, tapi masih didim/diklakson mobil belakang kalian yang lagi terbang?
Kalo pelan di kanan ok gue masih setuju untuk digilas. Tapi kalo udah pelan di jalur kiri dan masih dihina-hina...... Hmm...
Mau simulasi GTA? Apa gimana? Huh, gatau deh. Rio Harianto aja nggak gitu-gitu amat.
Salah siapa ya kalo jalan pelan dan udah ambil jalur kiri? Jelas-jelas masih ada jalur kanan buat kendaraan-kendaraan yang lebih cepat. Kenapa harus nyalahin mobil di jalur kiri yang jalan lambat? Toh in case keadaan darurat, bisa kan nyalip dari bahu jalan? Kan lu yang mau cepet-cepet, orang lain belum tentu. Emangnya jalanan punya kakek buyut lu? :(
Biasanya pelaku adalah Bapak-bapak yang sangat rindu keluarganya di rumah sampe lupa kalo yang keluarganya butuhkan adalah keselamatan si Bapak, bukan kecepatan si Bapak. Lebih baik si Bapak nggak ikut makan malem sekeluarga daripada makan malem sekeluarga jadi pindah ke UGD terdekat.


5. Pengendara mobil yang ngejar lampu hijau atau nyebrang sampai nutup ruas jalan lain


Pernah nggak ketemu pengendara yang ngejar lampu hijau yang tinggal beberapa detik atau bahkan udah jadi lampu kuning, padahal di depan juga kendaraan macet dan stuck. Pada akhirnya ketika ruas jalan lain udah lampu hijau, mereka nggak bisa jalan karena keegoisan si pengendara tadi. Mungkin dia ngga pernah sekolah kali ya sampe nggak tau aturan dasar lampu lalu lintas.
Lalu ketika pengendara seperti itu membelah diri dan menjadi banyak di jalanan, semua ruas jalan macet. Stuck. Nggak gerak. Kenapa? Karena 1km di depan ada lampu merah lagi dan kejadian yang sama terulang. Entah kapan giliran jalan akan sesuai dengan warna lampu lalu lintas.
Sebenernya nggak cuma di lampu merah aja sih. Di pertigaan biasa juga ada kejadian kayak gini. Kayak di deket SMP gue tuh. Tiap pagi gue harus jalan kaki 1km demi tepat waktu karena mobil gue kejebak macet macem kayak gini, dan macet kayak gini tuh gaada yang tau kapan kelarnya. Jadi mobil-mobil yang mau nyebrang dari dalem komplek terus mepet mobil depannya di saat jalur seberang masih macet. Alhasil mobil mereka ngalangin jalur yang satu lagi dan kunfayakun. Jadilah kiamat sugra.
Pengemudi kayak gini general. Bisa semua usia dan semua jenis kelamin. Tapi kebanyakan dari mereka sudah lelah dengan macetnya jalanan dan maunya cepet-cepet sampe tujuan.


6. Pengendara mobil yang parkir sembarangan sampai nutupin jalur dan bikin macet


Pernah nggak lagi jalan, terus tiba-tiba jalanan macet dan di ujung kemacetan ternyata macetnya tuh macet nggak jelas gara-gara penyempitan jalur demi parkir liar. Saking kebiasaannya mobil-mobil parkir liar, lu sampe hafal kalo jalanan itu macet pasti karena banyak yang parkir sembarangan.
Huh jangan ditanya lagi deh gondoknya kayak apa. Kalo ada jalan lain mending lewat jalan lain deh daripada lewat daerah pertokoan yang parkirannya nggak memadai. Jalan yang awalnya 3 jalur bisa mendadak jadi 1 jalur gara-gara parkir liar gini. Apalagi kalo ditambah pasar tumpah. Uh, udah deh rasanya mau pindah galaksi aja.
Biasanya yang parkir di pinggir gini general. Semua usia dan semua jenis kelamin bisa. Sebenernya mereka juga nggak ikhlas mobil mereka diparkir sembarangan gitu. Entah karena takut lecet atau karena mengerti sopan santun dan tata krama sesama pengguna jalan. Tapi ya gitu. Mereka kepepet. Mungkin lahan parkir yang memadai sulit dicari atau tempat tujuan tidak menyediakan lahan parkir.
Baiknya sih dimanapun lokasinya kalau ngebangun usaha toko atau restoran gitu ya tolong sediakan parkiran kali yaa. Apalagi kalau bangunannya di pinggir jalan.

Nah, 6 pengendara di atas adalah imbas dari maraknya kursus setir mobil yang ada. Selain itu juga faktor ekonomi perkotaan yang membuat jumlah mobil yang ada di rumah lebih banyak daripada jumlah orang yang ada di rumah mendukung orang-orang yang belum siap mental untuk mengemudi, jadi ingin mengemudi.

Tapi tunggu. Ada satu lagi species pengendara mobil yang super ngeselin di jalan raya, yaitu

Pengendara psikopat

Kenapa dibilang psikopat? Di mata mereka, hanya mereka pengemudi yang benar. Mereka nggak pernah mau disalahkan dan selalu menyalahkan orang lain. Nggak heran deh kalo pengendara species 1-6 di atas ngumpul semua sifatnya di pengendara ini.
Biasanya mereka nggak mau dibalap. Ketika dibalap, mereka maunya ngebalap balik. Yang jelas yang kayak gini bahaya deh baik untuk orang lain ataupun diri mereka sendiri.
Biasanya yang kayak gini ya Bapak-bapak yang udah expert di jalanan dan berprinsip bahwa,
"Ga ada yang lebih jago nyetir daripada saya!"
Wah udah deh kalo ketemu pengendara kayak gini, mending ngalah aja. Toh juga kalo ujungnya kenapa-kenapa kita yang disalahin. Mereka mah mau dinasehatin sama 1000 ustadz juga nggak mempan. Kudu diruqiyah dulu ama Mama Loren.

Gitu deh species penghuni jalanan yang suka bikin kesel. Jangan jadi salah satu dari mereka ya. Hati-hati kalo lagi di jalan, karena ketika kita sedang di jalan kita sangat dekat dengan maut. Bahkan ketika kita sudah hati-hati aja, kita masih bisa kena imbas dari kecerobohan orang lain. Huh.

Udah ya segitu dulu. Nanti kalo udah selesai klasifikasi pengendara motor yang nyebelin, gue jadiin bahan buat next post deh.

Akhir kata saya sampaikan ucapan mohon maaf lahir batin jika ada kesamaan merk mobil, ruas jalan, atau nama tokoh. Sumpah, kaga sengaja.

Selamat lebaran, selamat mudik, selamat dapet THR! Yay!

5.03.2016

Don't Give Up!

Mencoba.
Terkadang mencoba terdengar begitu menakutkan. Mempertaruhkan harapan yang entah sebesar apa dengan ganjaran yang belum pasti memuaskan atau menghancurkan.

Tapi ketakutan untuk mencoba hanya akan membuat manusia berdiam diri di satu titik di hidupnya. Sedangkan Tuhan jelas-jelas memberikan kita sepasang kaki untuk melangkah. Dilengkapi dengan sepasang mata yang bisa melihat ke depan. Kita terus diminta melangkah ke depan.

Belum lagi waktu yang tidak bisa berhenti. Seberapapun kita berharap waktu berhenti, ia akan menolak. Meskipun hanya satu milisekon kita minta, ia akan tetap berputar.

Resiko memang selalu ada. Mengelilingi percobaan-percobaan yang akan dan sedang berjalan. Namun jika seseorang selalu takut akan resiko dan kegagalan, kapan ia mencoba?

Jika ia tidak mencoba, kapan ia akan mengetahui apakah ia akan berhasil atau tidak?

Mengapa manusia takut mencoba?
Mengapa manusia takut akan resiko dan kegagalan?
Mengapa manusia lupa bahwa sebenarnya mereka begitu kuat?

Mungkin kamu lupa, dulu kamu adalah sel tunggal tercepat yang tiba terlebih dulu dan berhasil menembus sel tunggal lainnya. Begitu cepatnya kamu dulu berlari, saking inginnya kamu menjadi sebuah individu baru dan berpasangan dengan sel lain yang sudah menunggu. Kamu berhasil.

Lalu kamu bukanlah sel tunggal lagi. Kamu berjalan menelusuri jalan panjang hingga menemukan habitat sementara untukmu tinggal. Kamu tumbuh dan berkembang. Di dalam ruang berisi cairan selama 9 bulan. Kamu terus bertambah besar dan lama-kelamaan, ruang gerakmu terbatas. Tapi kamu berhasil bertahan hingga kamu melihat cahaya dunia luar. Lagi-lagi kamu berhasil.

Kemudian ketika kamu ingin mengambil sesuatu dan mencoba merangkak. Berkali-kali kamu gagal dan menangis. Hingga waktunya kamu bisa belajar menapakkan kedua kaki, lalu melangkahkan mereka ke depan secara perlahan. Tak terhitung berapa kali kamu terjatuh dan menangis. Banyak luka yang kamu dapatkan hanya demi mendapatkan kemampuan berjalan. Dulu, setiap kali kamu terjatuh kamu akan berdiri lagi dan menguatkan diri. Menahan sakitnya luka-luka di kaki, hanya demi bisa berjalan dan berdiri. Hingga akhirnya, kamu berhasil. Kamu bisa berdiri dan berjalan sendiri.

Saking riangnya, kamu ingin belajar berlari. Tetapi berlari tidaklah mudah. Luka yang kamu dapatkan kini lebih banyak. Tapi kamu tidak menyerah dan tidak takut. Kamu terus mencoba meskipun telah jatuh berkali-kali. Lalu, kamu berhasil berlari.

Itu baru tiga contoh kecil saja. Coba ingat-ingat yang lainnya.

Bukankah tiap manusia sudah dilahirkan untuk menjadi seorang pemenang? Lalu untuk apa kita takut untuk mencoba dan mengambil kesempatan?

Resiko dan kegagalan memang selalu ada, tetapi dari situ kita akan belajar.

Lebih baik pernah mencoba tapi gagal, daripada tidak pernah mencoba dan terus hidup dalam khayalan imajinasi seolah-olah kamu mencoba.

Karena sesungguhnya orang gagal bukanlah orang yang telah mencoba namun tidak membuahkan hasil. Seseorang bisa dikatakan gagal ketika ia tidak mencoba dan menyerah sebelum melangkah.

Jadi, apapun hal sulit di hidupmu sekarang, hadapi saja, Jangan menyerah. Bukankah kamu sudah ratusan kali berhasil? Jika dulu kamu bisa, mengapa sekarang tidak?


4.24.2016

Finally

Dua kali dalam dua tahun terjatuh dari ketinggian. Dibanting Bumi, tanpa bantuan angin. Rasanya frekuensi itu sudah cukup untuk membuat langkah kaki terhenti. Tulang-tulang retak tak karuan. Otot mengejang. Segala lapisan kulit terkoyak dan menekan ujung saraf. Perih rasanya. Sakit.

Lebih sakit lagi di kali kedua. Dimana dia menemukan alasan untuk mencoba lagi memijaki atap tertinggi, lalu melihat ke bawah. Tapi ternyata sama. Dia tetap terjatuh ke bawah, menggapai tanah dengan segala harapan yang tertinggal di atas atap.

Dia jatuh. Tangannya menggapai-gapai ke atas, berharap pondasi atap itu bisa bergerak dan menahannya untuk terhempas ditarik gravitasi. Namun sayangnya pondasi atap itu hanya diam tidak bergerak. Memandanginya jatuh tersungkur ke atas tanah.

Andai saja dia memiliki sayap, pasti dia tidak akan merasakan perihnya terjatuh dari atap. Sayap itu akan mengepak ke atas ke bawah untuk menyelamatkannya. Dia akan terbang atau setidaknya mendarat dengan selamat.

Sejak itu dia enggan naik ke atap. Dia hanya berani menapakkan kaki di atas tanah. Selangkah demi selangkah, pelan bergerak lurus. Tanpa pernah mendongak menatap atap. Dia terus berjalan melangkah ke depan dengan pandangan lurus. Sesekali dia menengok ke kanan dan ke kiri ketika mendengar namanya dipanggil, namun dia tidak pernah lagi menengok ke atas.

Lalu tiba-tiba saja seseorang berjalan menghampirinya. Sontak para pemanggil namanya dari kanan dan kiri terdiam. Langkahnya terhenti. Semua terdiam. Dunia hening dan hanya suara angin yang mampu menggetarkan gendang telinga. Takut terlalu lama hanyut dalam keheningan, dia bicara. Mereka berinteraksi, kemudian berjalan berdampingan.

Keakraban menyelimuti mereka seiring waktu. Kini pembicaraan mereka berubah. Awalnya mereka hanya berbincang-bincang kaku tertuju pada satu fokus layaknya introgasi kriminal. Kini mereka bercanda dan saling tertawa. Jalan mereka juga tidak selalu berdampingan. Diselingi dengan kejar-kejaran satu sama lain. Hingga tanpa sadar ternyata dia tiba di atap lagi untuk ketiga kalinya.

Dia diam. Melangkahkan kakinya ke belakang, namun kini ada yang menggenggam tangannya. Dia kembali melangkah maju memberanikan diri. Tapi ketakutan itu muncul lagi. Terlebih saat dia melihat ke bawah.

Hingga akhirnya ada bisikan menggetarkan membran timpani telinganya.
Suara itu berkata bahwa dia tidak perlu melihat ke bawah untuk menapakkan kaki di atap.
Dia hanya perlu keberanian untuk melihat keindahan sekitar yang hanya bisa dilihat dari sana.
Pun jika nantinya dia takut terjatuh, kini ada seseorang yang akan selalu menggenggam tangannya.
Dia tidak akan jatuh.
Dia akan dilindungi.
Dan kini, keberaniannya sudah kembali.

Dia sadar bahwa yang dia butuhkan bukanlah sayap yang akan melindunginya dari rasa sakit dikala terbanting oleh gravitasi.
Yang dia butuhkan adalah seseorang dengan sepasang tangan untuk menggenggam tangannya erat.
Meyakinkannya bahwa dia tidak akan terjatuh.
Menemaninya melawan rasa takut dan traumanya.
Dan melindunginya agar dia tidak terhempas ke tanah untuk kesekian kalinya.

...And she found it
She found you
Her scar healed
And you'll never know
How long she had waited
And how lucky she is
To have you...
You're her best luck.



4.12.2016

My Love

My love, leave yourself behind
Deep inside me, leave you blind
My love, you have found peace
You were searching for relief

You gave it all
Gave into the call
You took a chance and
You took a fall for us

You came toughtfully
Loved me faithfully
You taught me honor
You did it for me

Today you will sleep away
You will wait for me, my love

Now I am strong
You gave me all
You gave me all you had
And now I am a whole

My love, leave yourself behind
Beat inside me, leave you blind
My love, look what you can do
I am mending, I'll be with you

You took my hand
Added a plan
You gave me your heart
I asked you to dance with me

You loved honestly
Gave what you could release
I know in peace you'll go
I hope relief is yours

My love beat inside me
Beat inside me, I'll be with you
-Sia

...AND THEN YOU CAME ALONG
AND CHANGED EVERYTHING...

It Was

Dulu, dia kira dia sudah menemukan tujuan hidupnya
Dulu, dia kira kebahagiaannya akan berlangsung selamanya
Dulu, dia kira dia menapakkan kaki di jalan yang tepat
Dulu, dia kira tidak ada yang salah dari hidupnya

Dulu.

Dia harus memilih pilihan sulit antara membahagiakan dirinya sendiri atau orang lain
Lalu dengan cerdik dia menyembunyikan segalanya demi kebahagiaan orang sekitarnya
Tapi tangan Tuhan tidak pernah berhenti bermain
Dunia terus berputar, lalu kini hati siapakah yang seharusnya dijaga?

Bumi itu bulat
Tiada satupun penghuninya yang bisa menghentikan perputarannya
Mungkin saja memang kamu dan dia berada di dua kutub yang berbeda
Kalian tidak akan pernah bisa bertemu, sebesar apapun kamu dan dia berusaha

Gravitasi itu akan menahanmu
Musim dingin di Kutub Utara akan memperlambat langkah kakinya
Sedangkan musim panas di Kutub Selatan akan memperlemah usahamu
Setengah dari keliling Bumi ini terlalu panjang untuk menjadi bukti perjuangannya

Belum lagi badai salju yang akan membuatnya melangkah mundur
Juga angin panas yang membuat langkahmu terhenti
Kamu sudah dewasa, begitupun dengannya
Tak harus bersama untuk bahagia, bukan lagi kesemuan semata

Air mata terlalu ambigu untuk ditahan
Jika mereka bertanya, jawab saja itu air mata bahagia
Pada akhirnya hanya kamu yang tahu jawaban sebenarnya
Usap saja air mata di pipi itu secara perlahan

Percaya saja bahwa kebaikan tidak pernah sia-sia
Jika memang bukan dia yang membalas segala kebaikanmu
Kelak nanti akan ada seseorang yang senantiasa berbuat baik padamu
Tanpa rasa jemu, tanpa ada akhir

Tersenyumlah
Bukan untuk berpura-pura kuat
Namun untuk sugesti diri bahwa semua kelak akan baik-baik saja
Ketika dia menemukan yang dia mau, dan kamu menemukan yang kamu butuhkan

Mari berhenti berkata "dulu"
Angkatlah kepalamu
Kamu manusia kuat, aku tahu itu

3.16.2016

"Brave"

Setiap hari manusia bertaruh. Bertaruh dengan waktu, kesempatan, dan keberhasilan. Setiap waktu dan kesempatan terus bergulir di tiap-tiap anak detik yang berjalan. Waktu yang tidak mungkin berhanti demi menunggu dan kesempatan yang tidak mungkin hadir dua kali dalam hidup kita terus berdatangan. Pilihan kita hanya dua, yaitu memanfaatkan kesempatan atau melewatkannya.
 
Jelas, sangat jelas. Jika kita memanfaatkan kesempatan dan waktu tersebut kita akan tahu apakah nantinya kita akan mencapai titik keberhasilan atau tidak. Jika tidak mencoba, bagaimana caranya kita bisa mengetahui bahwa kita sudah melampaui tolak ukur keberhasilan?
 
Pernah temanku berkata bahwa hidup seperti berjudi. Kita harus mencoba dulu untuk tahu apakah kita akan berhasil atau tidak. Takut? Mau tidak mau kita harus mengalahkan rasa takut itu dan mengumpulkan segenap keberanian diri dari segala sisi di tubuh ini agar mampu mengambil kesempatan itu. Benar, memang. Anak kecil pun tidak akan bisa berjalan jika ia berhenti mencoba karena jatuh berkali-kali. Ia akan terus bangkit, mencoba berdiri lagi, lalu berjalan, hingga berlari. Jika anak kecil terlalu takut untuk bangkit lagi, semua manusia di dunia ini akan merangkak kemana-mana.
 
Namun terkadang tanpa tersadar kita menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Tapi jika kita melewatkan kesempatan yang telah datang di waktu yang tepat, siapakah yang bisa menjamin di dunia ini bahwa kita akan mendapat kesempatan yang sama di waktu berbeda untuk kedua kalinya? Bukankah dengan melewatkan kesempatan, hanya akan menyisakan penyesalan dan penantian yang tidak ada ujungnya?
 
Lalu, mengapa kita masih takut untuk mencoba?
 
Tapi, bagaimana cara kita untuk menghentikan pemikiran "what if" tentang kegagalan bagi orang-orang yang sudah terlalu lelah mencoba?
 
Bagaimana caranya kita bisa tahu bahwa ini adalah kesempatan yang tepat di waktu yang tepat, dan akan berujung pada keberhasilan?
 
 

2.28.2016

Keluarlah

Untuk apa rasa takut itu ada jika hanya akan membebani seorang anak manusia

Seharusnya ia berani melangkah maju, melupakan masa lalu, dan mencoba berbagai hal baru. Kenyataannya kini ia terjebak. Ia tak bisa bergerak dan hanya berdiam diri. Bahkan untuk bergeser pun ia enggan. Ketika orang-orang terdekatnya perlahan mulai menapak langkah, ia masih terdiam.

Seseorang telah menunggu di ujung jalan itu.
Tapi kapan kamu berani melangkah keluar rumahmu?
Berdiam diri tidak akan membantu.
Mengurung hati hanya akan memperparah keadaanmu.

2.23.2016

Sebenarnya Pintuku Tersembunyi

Aku merasa waktu berjalan begitu cepat. Beberapa bulan lalu aku menemukan tempat bersandar. Tak lama setelah itu, dia pergi menghilang. Kemudian aku menemukan tempat bersandar baru, dan kejadian lama terulang lagi.

Sejak itu aku sadar bahwa tidak melulu aku harus bersandar. Untuk apa juga bahu pinjaman yang bersifat sementara? Masalah dalam hidup ini tidak akan selesai hanya dengan bersandar, baik ke bahu yang tepat ataupun tidak. Pada akhirnya, diriku sendiri yang akan menyelamatkan jiwaku dari segala kutukan dunia ini. Ucapan-ucapan penyabar dan kata-kata penyemangat dari orang lain hanya memberi sugesti sementara. Beberapa detik setelah sugesti itu tiba, aku harus kembali ke realita bahwa duniaku masih berantakan. Masih banyak yang harusnya ku selesaikan jika dibandingkan dengan tersenyum mendengar kata-kata penyemangat itu.
 
Aku jadi mengerti bahwa menceritakan sesuatu kepada orang lain tidaklah penting. Yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita sebagai manusia menghadapi suatu masalah dalam hidup dan mengambil keputusan tepat untuk mengatasinya. Aku seolah-olah membangun tembok antara diriku dengan sekitar hanya untuk bisa kembali menjadi diriku beberapa tahun lalu. Umpamakan saja bahwa diriku kini tinggal di sebuah kastil yang sangat kuat.
 
Banyak orang mencoba meruntuhkan tembok ini. Berkali-kali mereka datang dan pergi untuk mengetes kekuatan tembok ini. Kadang juga mereka singgah hingga akhirnya mereka menyerah. Kebanyakan dari mereka langsung menghancurkan tembok ini dengan cara kasar. Mereka tidak mau tahu bagaimana caranya. Asalkan tembok ini runtuh, mereka akan melakukan apa saja. Terkadang aku menyesal karena telah membuat tembok ini. Aku takut nantinya tembok ini hanya akan mempersulit keadaanku.
 
Lalu tiba-tiba datang sang musafir yang entah darimana asalnya, memiliki cara yang unik. Musafir ini terlebih dahulu singgah di sekitar tembokku dan memerhatikan kelemahan benteng terkokohku itu. Lalu ternyata ia menemukan suatu pintu tersembunyi, dan musafir itu mengetuknya.
 
Di saat aku terganggu dengan pemecah-pemecah tembok, ketukan pintu itu membuatku turun dan membuka pintu.
 
Sedikit demi sedikit pintu telah terbuka. Musafir itu berhasil masuk ke lantai satu. Ternyata selain meneliti kastilku selama ini, ia juga memerhatikanku. Hal yang aku suka, dia tahu garis besarnya. Dia tahu kapan harus memuji dan kapan harus menertawakan. Dia tau kapan harus meninggi dan kapan harus merendah. Dia berhasil membuatku mempersilahkannya duduk sebagai tamu.
 
Di saat orang-orang yang lain masih sibuk meruntuhkan dinding luar, aku malah tertawa di lantai satu bersama musafir ini.
 
Lama akhirnya hingga kita saling bercerita satu sama lain. Refleks aku menyeduh kopi dan membuat roti sebagai teman bicara kami. Secara tidak sadar aku semakin dekat dengan musafir ini.
 
Pak Musafir, sebelum membawamu naik hingga lantai dua, izinkanlah aku bertanya.
Bagaimana bisa kamu mengetuk pintu dengan suara yang jauh lebih menyamankan telinga dibandingkan suara serangan-serangan terhadap tembokku?
Bagaimana bisa akalmu bisa menemukan pintu itu, lalu mengetuknya hingga aku membukakan pintu untukmu di saat aku sendiri lupa bahwa aku memiliki pintu itu?
Bagaimana bisa kamu membuatku kembali mengingat hal-hal yang lama ku simpan sendiri untuk ku ceritakan kepadamu?

2.15.2016

Tercekik Waktu

Malam ini tekanan oksigen entah berapa. Menipis sepertinya. Sulit sekali molekul-molekul oksigen ini berpindah ke dalam paru-paruku. Walaupun dada ini telah mengembang maksimal untuk berusaha menghirup, aku tetap harus membuka mulut untuk berusaha bernafas.

Pengap rasanya. Sulit sekali untuk bernafas. Rasanya seperti tercekik, entah oleh apa. Leherku terus tertahan sesenggukan. Bahkan di puncak gunung pun tidak seperti ini rasanya.

Lalu mataku terasa kering. Entah angin darimana yang bertiup melewati kedua bola mata ini. Rasanya perih, seperti kehilangan cairan yang melubrikasi. Ataukah mungkin sudah terlalu banyak cairannya terbuang? Entahlah.

Aku merasa pusing. Kepalaku seperti tertekan dan ekstrimitas-ekstrimitasku lemas rasanya. Padahal baru saja aku makan malam. Seharusnya tubuhku tidak akan mengalami kekurangan energi pada saat ini. Bahkan untuk berdiri pun, aku tidak bisa.

Rasanya jika sudah seperti ini aku ingin merebahkan diri saja. Bergumal dengan selimut tebal, lalu melupakan dunia sekitar untuk beberapa menit sembari menenangkan perasaanku hingga alam bawah sadarku nanti cukup kuat untuk mengembalikan segala sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh yang sudah melemah sedari tadi.

Ketika aku maju tanpa ragu, hembusan angin di atmosfer ini terlalu cepat. Tak kuat ragaku melawannya hingga aku terseok-seok melangkah maju, sampai akhirnya aku terpaksa mundur. Langkah awal yang ku kira ke depannya akan baik-baik saja, ternyata tetap ada juga hambatannya.

Terdengar lagi di telingaku tentang simpang siur itu. Entah apa permasalahan utamanya. Angkuh? Waktu? Mungkin angkuh bisa dirubah, tapi waktu tidak bisa menunggu. Semua orang tahu, semua orang mengerti. Termasuk aku.

Mungkin waktu bisa diulur, tapi waktu tidak bisa dimanipulasi. Mungkin waktu sangat berharga sampai waktu tidak bisa dibeli. Mungkin waktu bisa diatur, namun waktu tidak bisa berdusta. Mungkin waktu terus berjalan hingga waktu tak bisa menunggu. Mungkin waktu hanya bisa membisu, hingga waktu tidak bisa menunggu.

Hingga cinta terikat pada waktu dan terpisah oleh waktu.

Duhai waktu, bersediakah kau menunggu?

1.30.2016

Mungkin Kenangan Ada untuk Dikenang

Sekilas bayang wajahmu muncul lagi hari ini
Menyambut kenangan jalanan tua yang sepi di malam hari
Dibalut angin kencang yang menggigilkan hati
Kemudian mobilku terhenti di sisi jalan ini

Senyumku menutupi luka yang ada dan bertanya-tanya

Ingatkah kau saat kita melewati jalan ini berdua?
Tertawa bersama
Bercerita
Dua hari yang penuh canda tawa bagi kita

Ingatkah kau saat mengajakku ke sudut kota itu?
Waktu itu kau ajak aku menyantap hidangan kesukaanmu
Kamu bilang, ini langgananmu semasa SMA dulu
Dan kini kamu bilang, ini kenanganmu selulus kuliah dulu

Kamu pasti ingat waktu kita makan bersama
Kamu bilang tanggal lahirku sama dengan Ibumu
Lalu aku tertawa dan berfikir semu,
"Kok bisa?"

Dan ketika kita ke sebuah cafe bersama mereka
Di saat itu kamu tidak bermaksud mengucap namaku
Sampai tiba-tiba ketika kamu cerita, tak sengaja mengeja namaku
Semua orang tertawa dan pipimu memerah

Kalau saat kita makan steak?
Kamu bilang aku sombong
Padahal aku tidak
Aku hanya ingin melihat kamu berjuang

Bagaimana saat mengantarku?
Puluhan kilometer kau tempuh bersamaku
Dengan malu malu aku jawab mau
Dan kita sama-sama berharap bisa menghentikan waktu

Lalu tentang jaket dinginmu
Terpasang sempurna di tubuhku dari kepala hingga pahaku
Aku ingat betul bagaimana dirimu memakaikannya padaku
Dan bagaimana dadaku terserang detakan-detakan tajam di saat itu

Ku dengar dirimu sudah menemukan rutinitas baru
Selamat, jangan mengeluh!
Ingatlah betapa kamu berharap untuk itu
Sejak dulu

Bagaimana masa depanmu
Aku pun tak tau
Tapi melihat kebahagiaanmu yang tak kunjung jemu
Aku pun memantapkan langkah mundurku

Semoga kamu bahagia dalam pelukannya
Jika memang kita tak ditakdirkan bersama
Tak apa
Selama kamu bahagia aku pun juga merasa


posted from Bloggeroid

1.28.2016

Selagi Kau Lelap - Dewi Lestari

Sekarang pukul 1:30 pagi di tempatmu. Kulit wajahmu pasti sedang terlipat di antara kerutan sarung bantal. Rambutmu yang tebal menumpuk di sisi kanan karena engkau tidur tertelungkup dengan muka menghadap ke sisi kiri. Tanganmu selalu tampak menggapai. Apakah itu yang selalu kau cari di bawah bantal?

Aku selalu ingin mencuri waktumu, menyita perhatianmu, semata-mata supaya aku bisa terpilin masuk ke dalam lipatan sprei, tempat tubuhmu sekarang terbaring. Sudah hampir tiga tahun aku begini. Dua puluh delapan bulan, kalikan tiga puluh, kalikan dua puluh empat, kalikan enam puluh, kalikan lagi enam puluh, dan kalikan lagi enam puluh. Niscaya akan kau dapatkan angka ini, 4.354.560.000. Itulah banyaknya milisekon sejak pertama kali aku jatuh cinta kepadamu. Dan aku berani jamin, engkau masih ada di situ. Di tiap inti detik, dan di dalamnya lagi, dan lagi, dan lagi.

Mengertilah, tulisan ini bukan bertujuan untuk merayu. Kejujuran sudah seperti riasan wajah yang menor. Tak terbayang menambahkannya lagi dengan rayuan. Angka miliaran tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa bilang cinta tidak bisa logis? Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus.

Aku tak pernah tahu keadaan tempat tidurmu. Bukan aku yang sering ada di situ. Entah siapa. Terkadang benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan dan tak sanggup kita bersaing dengannya.

Stop. Aku tak sanggup melanjutkan. Kini izinkan aku tidur menyusulmu ke alam abstrak dimana segalanya bisa bertemu. Pastikan kau ada di sana, tidak terbangun karena ingin pipis atau mimpi buruk. Tunggu aku. Begitu banyak yang ingin ku bicarakan denganmu.

Kalau boleh memilih satu, aku ingin mimpi tidur di sebelahmu. Ada tanganku di bawah bantal, tempat jemari-jemarimu menggapai-gapai. Tidurku meringkuk ke sebelah kanan, sehingga wajah kita berhadapan. Dan ketika matamu terbuka nanti, ada aku di sana. Rambutku yang berdiri liar dan wajahmu yang tercetak kerut sprei. Tiada yang lebih indah dari cinta dua orang di pagi hari, dengan muka berkilap, bau keringat, gigi bermentega, dan mulut asam. Mereka masih berani tersenyum dan saling menyapa,

Selamat pagi.

1.10.2016

Adhitia Sofyan - Midnight

Here today gone tomorrow
Washed away all my sorrow
There will be time when I will come and find you again

Leave the light on your window
I just might try to follow
There will be a time when I will finally find you

But midnight close my eyes I'm tired I'm fading
I am only human, searching
Places I wont go your name are written
We're only human, faking

Stay a while, feel my hollow
Till the sky turns to yellow
There will be a time when I will come and find you again

See the time has gone too narrow
They will be things you can't borrow
There will be a time when I will finally find you

1.07.2016

Life is Full of Question, isn't it?

Pernah suatu waktu kamu berpendapat bahwa hidup ini penuh pertanyaan, entah pertanyaan macam apa itu.
 
Kemudian kamu kembali berpendapat bahwa seorang yang bodoh akan terus menemukan jawaban. Aku tersedak mendengarnya, lalu tertawa. Bagaimana tidak? Aku adalah orang yang selalu menemukan jawaban dari segala masalah dan tidak pernah berusaha menjadikan sesuatu menjadi lebih rumit dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Bahkan jika seseorang menanyakan pertanyaan rumit semacam itu, aku akan menjawabnya dan menjadikannya simpel. Aku tidak pernah meninggalkan seseorang dengan perasaan bertanya-tanya, termasuk diriku sendiri.
 
Tapi sejak itu aku mulai bertanya-tanya. Mungkin memang bukan pertanyaan-pertanyaan jenius atau semacam itu. Aku mulai bertanya-tanya mengapa ada seseorang dengan pola pikir sepertimu, ada di dunia ini.
 
Karena kamu tenang namun bisa mencapai segala keinginanmu di dunia ini entah dengan usaha yang seberapa besar.
Karena kamu seseorang yang bisa menyeimbangkan segala bidang di kehidupanmu.
Kamu juga tetap bisa mengatur waktu untuk bersenang-senang dan serius.
Tak lupa, kamu juga tetap bisa menjaga kesehatanmu dengan baik.
Tidak hanya dirimu sendiri, kamu juga tetap bisa mengurus dan peduli banyak orang di luar sana.
 
Siapa juga yang tak geleng kepala melihatnya?
 
Kadang sekelibat pikiran aneh terlintas di otakku. Tentang jam tidurmu setiap hari, waktu tidurmu, pola kehidupanmu, dan apa saja yang telah kamu lewati hingga kamu bisa menjadi dirimu yang sekarang. Lalu naluri keingintahuanku sebagai seorang manusia mulai muncul dan aku mulai mencari tahu tentangmu. Apapun medianya, aku mulai mencari tahu tentangmu.
 
Tapi aku harus berhenti.
 
Semakin aku tahu, semakin kagum diriku. Rasa kagum sedang tidak kooperatif dengan kondisiku sekarang. Tidak baik juga untukmu memikirkan hal-hal tidak penting seperti ini. Fokusmu sudah terlalu banyak terbagi, bukan?
 
Mungkin di waktu luangmu nanti kamu bisa mengajarkanku bagaimana untuk mengatur prioritas dan mengatur fokus, dengan caramu.
 
Tidak, tidak. Jika kamu memiliki waktu luang yang sangat banyak lalu tidak sengaja membuka frasa-frasa di atas, jangan khawatir. Anggap saja kamu tidak pernah membacanya dan kembali saja ke pekerjaanmu yang lainnya.
 
Mungkin diriku memang selalu penuh jawaban, tapi aku tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan kamu tanyakan.
 
Meskipun aku tidak tahu apa yang akan kamu tanyakan. Eksak? Abstrak? Entahlah.
 
Tapi satu yang jelas.
 
Meskipun pola pikirmu begitu abstrak, pertahankan saja karena bagiku pola pikirmu sangat mengagumkan.
 
Selamat! Sekarang kamu sudah naik level dan akan semakin banyak yang akan kamu pelajari. Semoga kamu menjadi seseorang yang semakin bijaksana dan bertanggung jawab ke depannya.
 
Jangan kurangi kharisma yang ada pada dirimu ya. Aku suka melihatnya.
 
Mari kita saling menyiapkan pertanyaan dan jawaban! Lalu aku akan membuktikan bahwa tidak semua orang yang penuh dengan jawaban, adalah orang bodoh ;)
 
Atau mungkin bisa saja kita saling melengkapi dengan pertanyaan-pertanyaanmu, dan jawaban-jawabanku.
 
Tidak, tidak. Aku hanya bercanda :)
 

1.03.2016

The Power of Perspective

Manusia diciptakan dengan struktur otak yang sangat menunjang untuk berpikir. Namun dunia memang penuh anomali. Ketika sesuatu ada agar sesuatu terasa lebih mudah, manusia terus membuat keadaan yang ada semakin menjadi rumit. Otak dengan segala struktur anatomi, histologi, hingga fisiologinya yang begitu dahsyat membuat adanya perbedaan perspektif antara manusia satu dengan manusia lainnya. Sempurna untuk membuat hingar-bingar di muka Bumi.
 
Merasa tidak pernah cukup, selalu memikirkan dirinya sendiri, dan sifat-sifat menjijikkan lainnya. Belum lagi faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang pola pikir seorang manusia, di mana pola pikir itu nantinya akan membentuk titik perspektif yang akan menjadikan manusia itu pada akhirnya.
 
Seorang anak yang dididik dengan kekerasan, misalnya. Secara tidak langsung, pola pikir anak itu akan terbentuk untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara kekerasan juga. Beda halnya dengan seorang anak yang dididik dengan penuh kasih sayang. Dia akan terbentuk untuk menjadi seseorang yang mengasihi terhadap sesama.
 
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan judgement yang sangat tinggi. Baik? Tidak juga. Kadang kemampuan judgement ini hanya digunakan untuk meremehkan orang lain yang terlihat tidak bisa apa-apa dan meremehkan kemampuan orang lain yang tidak dimiliki oleh dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya kemampuan judgement ini hanya bermanfaat bagi orang-orang tertentu yang mampu menahan judgement-nya. Bisa berdasarkan pengalaman hidup, bisa juga berdasarkan perasaan mawas diri.
 
Untungnya perkembangan otak bersifat dinamis. Itulah mengapa seiring berjalannya waktu, dengan melewati semua kejadian-kejadian abstrak dalam hidup, manusia dapat mengerti dan mengubah suatu sifat dalam dirinya yang sekiranya tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
 
Namun inti dari segala kesenjangan di muka Bumi ini bukanlah sekedar sifat negatif dari seorang manusia yang sudah terlanjur terbentuk sejak dulu dan sengat sulit untuk dirubah
 
Perspektif. Sudut pandang. Kunci dari segala perselisihan, kemarahan, perbedaan, kesenjangan, dan masalah lainnya dalam hidup.
 
Perspektif ini bisa dikontrol oleh tiap-tiap individu. Untuk hidup bersama, anak-anak manusia tidak perlu memiliki perspektif yang sama. Mereka hanya perlu untuk mengerti perspektif satu sama lain sehingga ketika salah satu dari mereka membuat masalah secara tidak disengaja, maka anak manusia yang lain akan mengerti posisinya dan tahu bagaimana harus bertindak terhadap lingkungan sekitar dan terhadapnya.
 
Misalnya, A adalah perempuan yang dididik di lingkungan bersih. Rumahnya selalu bersih. Dia juga dididik untuk menghargai satu sama lain. Sedangkan B adalah perempuan yang biasa di tempat yang kotor. Sedari kecil sifatnya selebor. Sopan santunnya juga menjadi kurang karena lingkungan. Ketika B bermain di rumah A, B tidak bisa menghilangkan sifat selebor dan kebiasaan kotornya. Sepulangnya B dari rumah A, A marah. Ia merapikan rumah sambil menggerutu.
 
Padahal A bisa mencegah kemarahannya jika ia memposisikan diri menjadi B dan lebih melihat mengapa B menjadi seorang B yang sekarang daripada melihat sifat B yang telah ada.
 
Dengan marah, maka si A sudah membuang-buang energi tubuh untuk meladeni bagian amygdala di otak, saraf-saraf simpatetik, dan kontraksi otot-otot wajah yang mempercepat penuaan. Padahal B masih memiliki pilihan untuk mengerti atau memposisikan diri sebagai A yang sudah terlanjur terbentuk menjadi seseorang yang seperti itu.

Begitupun dengan A yang sebenarnya bisa memposisikan diri menjadi B sebelum melakukan segala keseleboran di rumah B.
 
Begitupun dengan hal-hal lainnya. Daripada kita hanya sibuk menggunakan fungsi otak tertinggi yang hanya unggul pada manusia ini, judgement, mengapa kita tidak melatih fungsi perspektif pada otak?

Cobalah sekali-sekali ketika ada masalah, posisikan diri menjadi orang yang berhadapan dengan kita. Lama-kelamaan otak akan terlatih untuk menjadikan perubahan perspektif ini sebagai konsep default berpikir dalam diri sehingga tidak hanya digunakan di saat ada masalah saja, kemampuan ini lama-kelamaan akan berguna di setiap kejadian dalam hidup.

Sebagai langkah awal, cobalah bicara pada diri sendiri sebelum bertindak pada orang lain, "Kalo gue jadi dia, mau gak gue digituin?"