5.09.2015

Di Sudut Kota

Di tengah hiruk pikuk keramaian terlihat lapak dagang sederhana yang hanya beratapkan terpal biru dan beralaskan trotoar. Di dalamnya ada pasangan yang berteduh dari sengatan matahari siang. Pasangan muda itu terlihat asyik memakan nasi bungkusnya. Hanya terlihat satu nasi bungkus dengan sayur berkuah dan lauk seadanya. Lalu ada anak kecil berbaju superman yang entah muncul darimana berlari dan menghimpitkan diri di tengah pasangan tadi. Mereka saling berbagi dan tertawa bersama. Semua orang yang lewat akan mengira mereka keluarga kecil. Tiba-tiba anak itu tersedak dan Ibu spontan mengoper nasi bungkus di tangannya pada sang Ayah lalu dengan cepat mengambil botol air mineral di dekatnya. Ia memberi botol itu pada anaknya. Setelah berhenti tersedak, mereka bertiga kembali tertawa hingga keringat bercucuran dari dahi mereka. Sesekali tangan mereka berkibas di dekat wajah untuk menghasilkan angin. Sekedar mengobati diri dari kepanasan kota yang tidak mampu ditahan oleh selapis terpal biru. Dalam kesederhanaan itu, mereka sangat bahagia.

Bahagia?

Sementara itu saat lampu lalu lintas menyala di warna merah semua kendaraan bermotor berhenti. Terlihat mobil sedan mewah yang di dalamnya lagi-lagi sepasang sejoli. Terlihat dari cincin yang sama-sama mereka kenakan di jari manis kanan mereka. Tidak terlalu muda lagi memang. Suami istri itu mengenakan setelan hitam-hitam. Bahkan sang Istri menutupi rambutnya dengan sehelai selendang hitam tipis. Sang suami terlihat mengatur ac mobil kemudian melamun ke luar jendela. Tiba-tiba sang Istri menangis tersedu-sedu. Sang Suami menyeka air mata Istrinya, lalu memeluknya. Dalam dekapan Suaminya, Sang Istri menengok ke kursi belakang dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Terlihat boneka yang dulu sering dimainkan anaknya. Boneka itu sengaja dibawa saat mereka akan menabur bunga di atas makam sang Anak.

Terlihat bahagia?

Tiba-tiba dari kejauhan lampu merah terlihat sebuah motor yang sedang berusaha mencari celah untuk lewat di antara mobil-mobil yang berserakan menunggu lampu hijau. Pengendara motor itu terus berusaha maju. Menyelip sebisa mungkin hingga tidak menemukan celah lagi. Pengendara itu ternyata seorang pria berkacamata dengan tas kerja menggantung di pundaknya. Ia berhenti di samping kiri sedan mewah tadi. Sesaat setelah berhenti ia menoleh ke kanan. Ingin rasanya Ia mengendarai mobil itu sehari-hari bersama Istri masa depannya nanti sehingga Ia tidak perlu kepanasan lagi. Bosan, Ia mengambil hpnya dari kantong celana. Spontan Ia tersenyum sambil bergeleng. Kemudian ia mengetik sesuatu di hpnya sambil menunggu lampu merah. Wajahnya memerah, namun bukan karena kepanasan. Ia terlalu bahagia. Rona wajahnnya tidak bisa ditutupi lagi. Setelah puas mengetik, ia mengembalikan hpnya ke homescreen. Terlihat foto seorang wanita di wallpaper hpnya. Wanita itu memegang kertas bertuliskan, "Semangat ya interviewnya!" Mendadak api semangat terlihat membakar Pria itu. Ketika lampu hijau menyala, Ia menjalankan motornya dengan senyuman optimis.

Cinta?

Di sisi lain terlihat pria paruh baya kesulitan menarik gerobak sampah. Petugas berseragam oranye itu berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan gerobaknya, Setelah berjalan beberapa ratus meter, Bapak tadi berhenti dan duduk di trotoar. Meneguk minuman dingin hingga puas. Topinya ia lepas lalu ia gunakan untuk mengipas wajahnya. Terang saja, panas kota ini pasti sangat menyengat untuk Bapak itu dan rekannya. Beban di gerobak yang harus ia tarik sekuat tenaga saat melewati jalan menanjak dan harus ia tahan saat melewati turunan pasti menghabiskan energinya. Kemudian Bapak penarik gerobak membuka dompetnya untuk mengecek apakah uang yang ada di dalamnya cukup untuk ia membeli beberapa gorengan atau tidak. Terlihat foto anak perempuan berseragam putih abu-abu di dalamnya. Anak itu tersenyum manis memegang sebuah piala di tangannya, entah piala apa. Lalu Bapak itu mengambil selembar dua ribuan untuk menukarkannya dengan dua buah bakwan dari pedagang gorengan di sampingnya. Tersisa selembar dua puluh ribuan di dalam dompetnya yang akan ia tabung untuk biaya kuliah anaknya di masa depan.

Pengorbanan?

Di beton pembatas jalan terlihat seorang Ibu menggendong anaknya. Anaknya tertidur pulas di tengah sengatan matahari siang itu. Sang Ibu terus berjalan menghampiri satu per satu kendaraan yang berhenti di lampu merah itu. Kadang para pengendara hanya melambaikan tangan. Ada juga beberapa pengendara yang memberi uang karena belas kasihan. Ibu itu terus berjalan menyusuri sela-sela kendaraan hingga lampu lalu lintas menyala hijau. Setelah hijau, Ibu itu berlari ke sebrang jalan menghampiri warung kecil yang ada. Ia menyetor uang yang didapatkan pada seorang pria. Pria itu kemudian menyimpan uang tadi di laci kecil dalam warung itu. Saat dibuka, terlihat sangat banyak uang di dalamnya. Kemudian si Ibu melepas kain gendongan dan menidurkan anak kecil itu di dalam warung. Sang Pria memanipulasi kakinya, lalu keluar dari warung kecil itu setelah kakinya terlihat seperti buntung sebelah. Sang Pria mengambil tongkat dan menuju lampu merah untuk melakukan hal yang sama seperti si Ibu tadi.

Berpura-pura susah untuk mencapai kebahagiaan?