10.09.2018

Kita Semua Terlahir Sebagai Juara

Menonton Opening Ceremony Asian Para Games 2018 pada Sabtu lalu membuat jantung saya berdegup tidak karuan. Bagaimana tidak? Semua perasaan positif muncul dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sebelum Asian Para Games 2018 dimulai, euforia campur aduk tersebut sudah saya rasakan.

Usai menonton video para atlit APG di twitter, decak kagum, rasa haru, dan juga bangga tercampur aduk dalam diri saya. Sekarang ditambah lagi dengan perasaan pasca menonton Opening Ceremony. Mereka yang sebenarnya bisa diam, memilih untuk bergerak. Mereka yang sebenarnya bisa menjadikan kondisi yang ada sebagai alasan untuk tidak beraktivitas, memilih untuk terus latihan demi kemenangan. Mungkin alasan setiap individu berbeda, tapi di antara seluruh alasan pribadi pasti ada 1 alasan yang dimiliki oleh setiap atlit, yaitu mengharumkan nama Indonesia.

Di saat ada pilihan untuk diam dan termenung memandangi nasib, mereka memilih untuk bangkit. Menunjukkan kekuatan yang mereka punya, mengajarkan banyak orang untuk tegar, tidak malas, dan menginspirasi setiap orang yang melihat mereka. Di saat masih banyak cacian dan stigma untuk penyandang disabilitas, mereka justru menunjukkan kepada khalayak bahwa mereka layak dipuji. Ketika banyak teman-teman penyandang disabilitas lain yang memanfaatkan rasa kasihan orang lain untuk bertahan hidup, mereka justru menjadi inspirasi bagi orang lain. Mereka menunjukkan bahwa mereka bisa mewakili negara Indonesia untuk bertaruh di ajang olahraga sebesar ini. Walaupun kursi roda mereka harus didorong oleh orang lain untuk mobilitas di saat parade kemarin, mereka tetap tersenyum ceria dan tertawa lepas. 

Kemudian rasa haru, bangga, sedih, kagum, sekaligus optimisme saya bersatu ketika video Bulan Karunia diputar. Cara Bulan menyampaikan cerita tentang penyandang disabilitas lain sangat mengharukan. Wajahnya lugu, suaranya menggemaskan. Cara bicaranya layaknya anak kecil lain yang sangat optimis akan masa depannya. Usut punya usut, ternyata Bulan ini mendapatkan kursi rodanya dari Bapak Presiden. Dalam suratnya kepada Pak Presiden, Bulan menulis bahwa Bulan menginginkan kursi roda dari Bapak Presiden karena Bulan tidak punya kaki. Saya rasa tidak mudah bagi anak seusia Bulan untuk tetap berkembang dalam optimisme di kondisi yang Bulan punya. Banyak yang harus Bulan lewati mulai dari rasa sedih, malu, kecewa, cacian dari teman sebaya, dan kekhawatiran terhadap masa depan. Maka dari itu saya simpulkan bahwa Bulan pasti sangat kuat dan tegar.

Opening Ceremony Asian Para Games kemarin sukses membuat saya terharu dan bangga. Benar, jarak antara disability dan ability tidaklah jauh. Disability dapat kita ubah menjadi ability melalui mental yang kuat, hati yang tegar, dan tentunya proses yang tidak mudah. Alangkah baiknya kalau mulai dari sekarang kita ubah perspektif kita dari yang awalnya tidak mungkin, menjadi mungkin. Dari yang awalnya tidak bisa, menjadi bisa. Karena sejatinya memang semua hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin atas izin Tuhan. 

Ternyata seseorang dinyatakan sebagai juara bukan ketika dia berhasil mengalahkan orang lain. Itu hanyalah definisi dalam kompetisi. Kita akan menjadi juara yang sebenarnya ketika kita dapat mengalahkan diri sendiri. Maka dari itu, marilah kita sama-sama belajar untuk menjadi kuat dan tegar dari Bulan Karunia dan teman-temannya.