Now playing: d'Cinnamons - Loving You
Hai, kamu.
Tidak usah kamu peduli tentang masa lalumu. Mereka sudahlah berlalu. Tak ada guna penyesalanmu itu. Tak berguna juga rasa malumu.
Tidak usah membandingkan dirimu sendiri dengan yang lain. Untuk apa Tuhan menciptakanmu dengan begitu indah jika keindahan itu tak dapat terlihat oleh matamu sendiri?
Lupakan saja semua sakitmu. Apakah kamu memerlukan orang lain untuk mengukir kembali tawamu? Perlukah aku membantumu untuk mengobati hatimu?
Bisakah aku menjadi salah satu yang beruntung menyembuhkan lukamu?
Majulah, berjalanlah ke depan. Tak usah kamu ingat-ingat yang telah lewat. Jalan di depan masih panjang. Berbahagialah di sepanjang jalan itu.
Jika kita beruntung, arah angin mungkin akan membuat langkah kita saling mendekat lalu kita akan saling mendekap sebagai sepasang belahan jiwa yang saling menemukan.
Bukankah kita terlalu dewasa untuk menjalani drama? Aku hanya ingin mengobati luka hatimu. Mungkin aku bisa mendapat bonus mendampingimu.
Tapi jika tidak, aku ingin selalu berada di dekatmu. Boleh kan?
Daripada kamu memusingkan segala kekuranganmu itu, lebih baik kamu melihatku yang memiliki sudut pandang berbeda tentangmu. Maukah kamu bertukar sudut pandang denganku?
Di mataku, kamu dewasa. Terlihat dari caramu menghadapi masalah. Mungkin rasa sakitmu di masa lalu membuat dirimu belajar banyak tentang arti kehidupan.
Bagiku, kamu pemberani. Bukankah ini salah satu sifat menakjubkan yang harus dimiliki oleh pria karena sejatinya mereka harus melindungi sang Hawa?
Lalu caramu memperlakukan orang-orang sekitarmu sangat menakjubkan. Kamulah yang bisa mengingatkan mereka saat mereka mulai menyimpang.
Dan tentang masa lalumu, juga ketulusanmu. Aku tau semua itu. Itulah yang membuatmu semakin indah di mataku.
Lalu juga caramu menata diri serapi mungkin. Jujur saja, aku sudah menyadari ini sejak lama. Kamu rapi. Aku suka itu.
Juga caramu mengambil gitar lalu memainkannya di malam itu. Begitu syahdu dan merdu. Aku masih ingat juga lantunan nada malam itu.
Sejak pertama bertemu dahulu, kamu selalu terlihat tertawa bahagia lepas. Semua orang sukses kamu buat tertawa. Padahal jika mereka mengetahui kisahmu, mereka akan terheran bagaimana kamu bisa merasa bahagia dengan hidupmu dulu.
Tapi kamu bisa membuatku tertawa. Kamu sabar menghadapi ocehanku yang tak penting namun tak kunjung berhenti. Kamu bahkan menimpali ocehanku dengan humormu.
Lalu caramu duduk di bangku itu. Lucu sekali caramu bersandar. Berkali-kali aku tertawa saat melihatnya.
Kemudian wajahmu yang selalu menawan dilihat dari segala sisi. Harus berapa wanita menyebutmu tampan untuk meningkatkan kepercayaan dirimu?
Dan minumanmu. Iya, aku tau itu tabu. Akupun sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menghindari minuman itu. Tapi kamu laki-laki. Lebih baik kamu nakal sekarang daripada nanti. Lagipula aku yakin kamu mulai meminumnya saat frustasimu di masa lalu memuncak.
Sama halnya dengan cerutu berasap itu, bukan? Frustasimu dulu membutuhkan pelarian dan kamu menikmatinya seolah penyesalanmu itu terbang bersama asap yang kau hembuskan.
Juga tanggung jawabmu terhadap kehidupan. Mungkin juga masa lalumu ada untuk membuatmu bertanggung jawab pada saatnya, bukan? Kini kamu telah menjadi pria yang sangat bertanggung jawab.
Kamu pintar. Terlihat dari caramu mengakali sesuatu dan caramu menjalani akademismu. Sepertinya kamu sudah tidak ingin gagal lagi dalam hidup ini.
Waktu itu kita sempat berseteru tentang masa depan. Namun mendengar rencana masa depanmu cukup membuatku berdecak dan berhenti berargumen. Kedewasaanmu benar-benar mengagumkan.
Haruskah aku merasa istimewa jika mengingat caramu menjagaku? Ah sudahlah, aku harus berhenti mengumbar semua sebelum kamu menyadari bahwa tulisan ini adalah tentangmu.
Yang paling aku kagumi adalah caramu menghormati Ibumu. Sudahlah, lupakan masa lalumu itu. Apakah sifatmu yang pemberani dan bertanggung jawab masih kurang untuk dibanggakan oleh Beliau? Haruskah aku umbar caramu memikirkan kekecewaan Beliau sampai sekarang?
Lalu juga tentang waktu yang telah kamu buang-buang dan caramu memanipulasinya sendiri. Siapa peduli? Bukankah itu membuatmu banyak belajar dari pengalaman?
Jangan jadikan seumur hidupmu sebagai hukuman dari kegagalan masa lalu. Waktu yang sekarang ada untuk dijalani. Percuma saja kamu menjalani dengan penyesalan ataupun kesedihan.
Aku melihat niatmu untuk membenahi segalanya. Aku juga tau kamu merasa semua sudah terlambat. Tapi ingatlah, terlambat bukan berarti tidak bisa melanjutkan.
Gagal itu hal biasa. Bukankah kegagalan yang juga menuntun kita secara perlahan untuk menuju kesuksesan?
Hidupmu masih panjang. Janganlah kamu sia-siakan hidupmu untuk penyesalan masa lalu yang tiada henti.
Tidakkah kamu sadari bahwa hidupmu dan dirimu begitu berharga? Kenapa kamu terus mengutuk dan mencemooh dirimu sendiri?
Padahal aku di sini diam-diam memandangimu sejak lama dan terkagum padamu.
Kamu sudah membenahi diri dengan perlahan. Aku di sini mendoakan karaktermu cepat terbentuk dan kamu bisa kembali bangga terhadap dirimu.
Kita sudah sama-sama dewasa. Tunda sajalah dulu bicara tentang cinta. Aku lebih memilih untuk menyembuhkan luka hidupmu terlebih dulu.
Jadi bisakah kamu berdiri di depan cermin dan melihat keindahan yang sedari tadi aku tuliskan, lalu mencari keindahan lainnya pada dirimu?
Jika sudah ketemu, temui aku dan aku akan membantumu fokus menatap ke depan tanpa harus menoleh ke belakang. Aku juga punya banyak cerita untuk kamu dengar.
Aku di sini siap untuk mengingatkan tentang segala kelebihanmu jika kamu merasa malu akan dirimu sendiri.
Tertanda,
Pengagum lamamu yang kembali mengagumimu.