Kadang untuk beradaptasi di lingkungan baru, manusia akan merasa kesulitan. Kesulitan-kesulitan yang dimulai dari mulai kangen lingkungan lama, kehilangan kenyamanan, kehilangan teman, dan banyak macamnya yang lain. Tapi manusia harus mengerti bahwa untuk belajar, mereka perlu keluar dari zona nyaman yang ada. Kenyamanan yang berlebihan nantinya justru membuat seseorang enggan untuk berinovasi dan enggan untuk mencoba sesuatu yang baru. Gue jenis manusia itu. Setiap kali lingkungan berubah, gue pasti akan sangat rindu lingkungan lama gue. Padahal waktu masih di tempat yang lama maunya pindah mulu.
Sama halnya dengan malaikat yang tak selamanya bersayap, rumah tak selamanya beratap. Hanya di rumah kita merasa aman, merasa nyaman. Tak peduli seburuk apapun rumah kita bila dibandingkan dengan milik orang lain, kita tetap bernaung di sana. Berlindung dari hujan dan terik matahari yang ada. Rumah seolah selalu memeluk tubuh kita yang memerlukan kehangatan atau menyejukkan raga kita yang sedang dahaga. Layaknya delivery restoran luar negeri, rumah selalu melindungi kita 24/7 seberapapun seringnya kita meninggalkan dia untuk singgah di gedung lain. Rumah selalu menunggu kita setiap detik, menit, jam, selamanya. Rumah selalu ada untuk kita yang kelelahan, menangis, tertawa, semua terjadi di rumah. Rumah adalah tempat ternyaman yang ada di muka Bumi.
Aku rindu rumah... Aku ingin kembali ke rumah secepatnya dengan rasa bahagia. Kembali direngkuh erat oleh rumah yang hangat. Kembali melepas penat yang ada hanya dengan satu cara yang paling mudah, yaitu pulang. Aku butuh pulang. Aku rindu rumah...
Aku butuh kamu...
Aku rindu kamu...
Kamulah rumah ternyaman buat aku...
Dulu saat aku bisa pulang setiap hari harusnya aku pulang tanpa emosi, tanpa keluhan, tanpa kesedihan. Terimakasih kamu dulu telah bersedia menampung semua air mata. Terimakasih karena dulu kamu telah bersedia mendengar keluh kesah. Terimakasih karena dulu kamu telah setia menungguku ketika aku di luar. Terimakasih karena tetap ada walaupun aku terus mengeluh atas segala kekurangan yang ada. Seperti kata pepatah yang bicara bahwa kita tidak akan tahu betapa berharga sesuatu yang kita miliki sampai itu pergi... Kini aku tau rasanya. Terimakasih atas segalanya dulu. Kamulah rumahku. Kamulah tempat aku berlindung ketika hujan datang dan matahari terik. Kamulah yang dengan lembut dan setia melindungiku dan menghapus air mataku ketika menetes. Kamulah yang dengan ikhlas menjagaku dulu walaupun mereka tak tahu. Maaf bila aku terlalu kekanak-kanakan. Maaf bila dulu keluhanku akan kamu terlalu banyak. Maaf, aku rindu kamu sekarang.
Aku akan sangat-sangat berterimakasih apabila kamu masih tetap menjadi rumah tempat bernaungku hingga esok yang entah masih akan ada matahari atau tidak. Kini aku sadar bahwa kamulah sebenarnya rumah. Walaupun rapuh, kamu selalu melindungiku. Walapun goyah, kamu selalu menjagaku. Terimakasih....
Aku ingin pulang, rumah. Aku rindu.
Maafkan aku atas yang dulu-dulu.
Terimakasih karena tetap berusaha tegar untukku.
Terimakasih karena kamu ikhlas menjagaku.
Aku mohon, tunggu aku pulang dengan membawa segala impian yang telah lama ku kejar
Aku mohon, tetaplah menjadi wadahku untuk bergulung kuming menghadapi segala tantangan
Aku mohon, tetaplah setia untuk menjadi sang penghangat dikala dingin dan sang penyejuk ketika terik
Aku mohon, tetaplah di sini bersamaku, rumah...
Tetaplah setia menyentuh mataku ketika aku bersembunyi untuk menangis
Karena hanya kamulah yang dapat membuatku tersenyum kembali
Aku rindu rumah... Aku ingin kembali ke rumah secepatnya dengan rasa bahagia. Kembali direngkuh erat oleh rumah yang hangat. Kembali melepas penat yang ada hanya dengan satu cara yang paling mudah, yaitu pulang. Aku butuh pulang. Aku rindu rumah...
Aku butuh kamu...
Aku rindu kamu...
Kamulah rumah ternyaman buat aku...
Dulu saat aku bisa pulang setiap hari harusnya aku pulang tanpa emosi, tanpa keluhan, tanpa kesedihan. Terimakasih kamu dulu telah bersedia menampung semua air mata. Terimakasih karena dulu kamu telah bersedia mendengar keluh kesah. Terimakasih karena dulu kamu telah setia menungguku ketika aku di luar. Terimakasih karena tetap ada walaupun aku terus mengeluh atas segala kekurangan yang ada. Seperti kata pepatah yang bicara bahwa kita tidak akan tahu betapa berharga sesuatu yang kita miliki sampai itu pergi... Kini aku tau rasanya. Terimakasih atas segalanya dulu. Kamulah rumahku. Kamulah tempat aku berlindung ketika hujan datang dan matahari terik. Kamulah yang dengan lembut dan setia melindungiku dan menghapus air mataku ketika menetes. Kamulah yang dengan ikhlas menjagaku dulu walaupun mereka tak tahu. Maaf bila aku terlalu kekanak-kanakan. Maaf bila dulu keluhanku akan kamu terlalu banyak. Maaf, aku rindu kamu sekarang.
Aku akan sangat-sangat berterimakasih apabila kamu masih tetap menjadi rumah tempat bernaungku hingga esok yang entah masih akan ada matahari atau tidak. Kini aku sadar bahwa kamulah sebenarnya rumah. Walaupun rapuh, kamu selalu melindungiku. Walapun goyah, kamu selalu menjagaku. Terimakasih....
Aku ingin pulang, rumah. Aku rindu.
Maafkan aku atas yang dulu-dulu.
Terimakasih karena tetap berusaha tegar untukku.
Terimakasih karena kamu ikhlas menjagaku.
Aku mohon, tunggu aku pulang dengan membawa segala impian yang telah lama ku kejar
Aku mohon, tetaplah menjadi wadahku untuk bergulung kuming menghadapi segala tantangan
Aku mohon, tetaplah setia untuk menjadi sang penghangat dikala dingin dan sang penyejuk ketika terik
Aku mohon, tetaplah di sini bersamaku, rumah...
Tetaplah setia menyentuh mataku ketika aku bersembunyi untuk menangis
Karena hanya kamulah yang dapat membuatku tersenyum kembali
Terbit dan tenggelamnya mentari
Membawamu lebih dekat
Denganmu langitku berbintang
Denganmu sempurna ku rasa...