12.10.2012

Maya atau Nyata?

Dia terus berjalan untuk mencari, entah apa. Namun semakin jauh dia berjalan semakin tersakiti orang yang akan dia tinggalkan. Dia jahat, dia telah menyia-nyiakan orang yang rela melakukan apa aja buat dia. Awalnya dia pikir pisah adalah jalan terbaik, ternyata nggak.

Si penyayang itu rela pergi untuk melihat kebahagiaan dia dari jauh, entah sampai kapan. Dia awalnya merasa lega sampai akhirnya rasa kehilangan itu hadir menawarkan perjanjian.

"Aku tidak akan hadir lagi bila kamu bisa memanfaatkan segala sesuatu dengan benar." Ucap rasa kehilangan.

Bahkan dia bingung apa yang harus dia manfaatkan. Si penyayang ini rela pergi untuk melihat dia bersama si penyuka. Si penyuka yang belum tau perasaannya sendiri. Di saat si penyayang meninggalkan dia agar dia bahagia, si penyuka berucap jangan pergi...

Ketika si penyayang berusaha untuk kembali, si penyuka berucap don't give up on me...
Ketika si penyayang berusaha untuk selalu ada, si penyuka tak bisa berbuat apa-apa karena diliputi rasa malu...
Katika si penyayang pergi dan rasa rindu itu hadir, ada si penyuka yang berusaha menggantikan.

Dia terus berjalan tanpa tau arah dan tujuan. Dia terus mencari sesuatu, entah apa. Dia terus berkonsekuensi untuk tidak menyakiti,namun gagal. Tidak ada satu orang pun yang pernah bersama dia selama itu, selain si penyayang. Semua orang bicara dia bodoh, tapi dia hanya merasakan satu hal. Dia hanya ingin memastikan perasaan, entah sampai kapan. Dia hanya tidak ingin membohongi perasaan, entah sampai kapan. Dia hanya ingin menjaga perasaan, entah perasaan apa.

Dia hanya ingin memastikan semua, sebelum terlambat. Dia hanya ingin belajar tegas kepada diri sendiri dan dia masih belum berhasil. Dia cuma gak ingin menyesal. Dia cuma ingin semua bahagia di akhir.

"Gak mungkin, harus ada satu yang sakit." Ujar si penyayang.

Dan kini dia, berjalan terus sebagai seorang anak kecil bertubuh wanita yang rapuh dan belum memiliki pendirian. Yang belum bisa menentukan mana yang terbaik untuk dia dan orang lain. Yang belum bisa memutuskan lebih penting kebahagiaan diri sendiri atau orang lain. Yang belum tau mana kebahagiaan maya, dan mana kebahagiaan nyata. Yang butuh seorang penjaga. Yang hanya bisa menangis sambil menunggu kepastian itu datang, entah kapan.