Ketika dua individu saling mengenal dan merasa nyaman satu sama lain, saling mengerti satu sama lain, bahagia bersama, dan terasa bahwa kebahagiaan itu akan terus berjalan seterusnya, dunia terasa indah. Sekelibat harapan klise tentang kebahagiaan masa depan menggandrungi, datang terus menerus seolah enggan pergi.
Semakin mereka berjalan ke depan, semakin mereka akan menghadapi realita kehidupan yang ternyata tidak sebaik kesenangan masa muda. Angan-angan yang pernah bertahan perlahan memudar. Mungkin tidak sampai menghilang, namun hanya tergerus realita. Terhadang, entah untuk sementara atau untuk selamanya.
Kemudian ketika subjek ketiga, yaitu jarak, hadir di antara mereka maka akan semakin sulit untuk mempertahankan mimpi yang telah lama menjadi motivasi. Tidak butuh waktu lama untuk mencabik-cabik kenyamanan yang sedari dulu ada. Mungkin di awal kehadirannya tidak akan berdampak besar, namun kekuatan jarak layaknya bola salju yang terus bergulir dari waktu ke waktu dan terus bertambah ukurannya.
Satu-satunya yang dapat menjadi penghambat dari kecepatan bergulirnya sang bola salju adalah komunikasi. Komunikasi yang baik, saling bicara melepas rindu, menghantarkan pesan-pesan motivasi yang menguatkan saat dibutuhkan, dan tidak berubah secara drastis sedari awal adalah kunci utama.
Tidak sulit memang untuk menuangkan seluruhnya dalam kata-kata, namun kehidupan yang sangat dinamis membuat masing-masing individu semakin berubah untuk bertindak praktis. Seringkali mereka hanya membaca untuk membalas, bukan untuk mengerti isi dari ketikan satu sama lain. Seringkali mereka hanya membicarakan hal tidak penting. Saling menguatkan dan menyabarkan satu sama lain pun semakin jarang terjadi. Yang awalnya cocok semakin lama semakin sering cekcok. Semakin banyak aturan yang datang karena tidak bisa saling melindungi satu sama lain, namun menjadi momok ancaman bagi sebuah hubungan bagi mereka yang tidak suka dikekang. Lama-kelamaan kesenangan saat pertemuan pun semakin memudar.
Tidak ada yang lebih disayangkan daripada perbedaan persepsi satu sama lain tentang segala hal. Bagi yang satu peringatan makan dan pertanyaan tentang apa yang dimakan merupakan hal yang tidak penting, karena tanpa pertanyaan dan peringatan untuk makan pun, dia sudah tahu bahwa dia harus makan untuk menyambung hidupnya. Lain hal bagi individu yang satunya, yang mendefinisikan pertanyaan sudah makan atau belum sebagai salah satu dari bentuk perhatian.
Banyak hal yang dialami yang menarik untuk diceritakan, namun seiring tidak lancarnya komunikasi hal-hal itu akan terlewati begitu saja. Sampai akhirnya komunikasi yang terjalin tak ayal hanya sekedar basa-basi belaka, yang penting membalas. Tidak berpoin. Pesan singkat yang tetap frekuen, namun seolah menambah jarak di antara keduanya. Beratnya beban dunia yang awalnya ditanggung bersama sekarang hanya ditanggung masing-masing tanpa adanya kerjasama. Setiap hari masing-masing terbangun berharap semoga segalanya berbalik menjadi seperti semula namun tak kunjung juga.
Perubahan akan terus menerus terjadi karena bola salju tidak akan bisa dihentikan, hanya bisa diperlamban. Ada banyak hal yang dapat dipelajari seiring ukurannya yang semakin membesar, namun ketidakbisaan satu sama lain untuk hadir dan menjadi dekat hanya akan menumpuk bola salju lainnya yang akan terus membesar semakin lama didiamkan. Rasa jenuh yang ada akan membuat bola salju ketiga yang terus menghantam. Jarak memang masalah besar yang berpotensi untuk terus membuat bola salju lagi, lagi, dan lagi.
Jika memang pada akhirnya jarak akan membuat jaras semakin kusut karena terus menerus tergolong bola salju yang tidak ada henti dan habisnya, maka kusutkan lah secepatnya agar jaras tidak hanya sekedar terpampang namun menjadi momok. Kusutkan lah secepatnya agar tidak menjadi sekelibat beban pikiran bagi yang sedang berfokus untuk masa depan. Kusutkan lah secepatnya jika memang sang jaras pada akhirnya tidak bisa diselamatkan karena tergerus oleh jarak.