Aku masih mengingat saat aku menyerah pada keadaan begitu saja. Saat aku memutuskan untuk berhenti mencoba dan tidak mencari jalan keluar dari segala masalah yang ada. Lalu tiba-tiba saja suatu kesempatan mempertemukan kita. Kita yang biasanya hanya sekedar mencuri tatapan mata satu sama lain. Kita yang biasa bicara melalui lirikan dan senyuman dari jauh.
Mungkin klise, tetapi bertemu denganmu menjadi titik balik dalam diriku. Sejak itu aku menemukan alasan untuk mencoba, mencoba, dan terus mencoba. Karena kamu, aku jadi berani untuk menerjang segala halang rintang. Karena kamu, durasi tawa dalam hariku bertambah.
Darimana aku mengenalmu dan kamu mengenalku? Entah. Semua terjadi begitu saja tanpa ada perkenalan yang mencanggungkan satu sama lain dari kita.
Setiap aku berlari, aku selalu takut untuk terjatuh. Lalu tiba-tiba kamu datang. Mungkin hiperbola, namun kedatanganmu secara tidak langsung berkata untuk tak usah terjatuh.
Lalu aku bangkit saat melihatmu agar setiap tapak kaki yang kamu langkahkan untuk menghampiriku tidak sia-sia. Agar kamu tidak kecewa.
Jika aku berlari tanpa kehadiranmu. Entah mengapa tulang-tulang kakiku tak sekuat biasanya. Nafasku lebih terengah-engah dan aku tidak menemukan motivasi untuk berlari kencang lagi.
Ups, sepertinya aku telah terjebak untuk menggantungkan diriku padamu. Sebuah perilaku yang sudah sangat aku hindari sejak cerita terakhir. Ya, menggantungkan diri pada orang lain.
Namun tanpa disengaja, ini hanyalah menjadi sebuah siklus yang akan berakhir saat aku menemukan seseorang yang tepat. Memikirkanmu, senyum bahagia tanpa sebab. Astaga, semua orang mengira aku gila!
Lalu sekarang, satu pertanyaan untuk berjuta jawaban.
Maukah kamu untuk terus menjadi alasanku berlari kencang?
Kamu kah orangnya?
Di balik itu semua, aku berdoa semoga secara diam-diam aku juga menjadi alasanmu untuk terus berlari melawan kencangnya hembusan angin dunia ini :)